Mandek 45 Tahun Padahal WK di Kepri ini Punya Cadangan Migas Super Jumbo

Mandek 45 Tahun Padahal WK di Kepri ini Punya Cadangan Migas Super Jumbo

Blok East Natuna menyimpan potensi cadangan migas super besar tapi 45 tahun mandek pengelolaannya-Foto: Dok Universitas Pertamina-

KEPRI, JAMBIEKSPRES.CO.ID – Cadangan minyak dan gas (Migas) terjumbo RI di Kepri (Kepulauan Riau) ini rupanya sudah 45 Tahun mandek. Namanya Wilayah Kerja (WK) East Natuna.

 

Blok East Natuna ini sebenarnya sudah ditemukan sejak tahun 1973. Adalah operator asal Italia AGIP (General Italian Oil Company) pertamakali menemukan gas potensi hidrokarbon super jumbo di sana.

 

Estimasi AGIP saat itu, potensi gasnya mencapai 200 Trillion Cubic Feet (Tcf) di lapangan AL (Natuna D-Alpha) dengan potensi hidrokarbon yang sangat tinggi, konon jumlah cadangannya 4 kali lipat dari Blok Masela.

 

Blok East Natuna ini kemudian dikelola ExxonMobil dan mendapatkan hak kelolanya tahun 1980. Namun lantaran tidak ada perkembangan, pada tahun 2007 kontraknya dihentikan.

 

Setahun kemudian yaitu tahun 2008, East Natuna diserahkan pengelolaannya ke PT Pertamina. Selanjutnya, ExxonMobil, Total dan Petronas, bergabung.

 

Posisi Petronas kemudian digantikan PTT Exploration and Production (PTT EP) tahun 2012. Sayangnya tahun 2017 konsorsium ini bubar dengan alasan tidak ekonomis dan menyisakan PT Pertamina saja.

 

Lantas mengapa Blok East Natuna sampai terbengkalai segitu lamanya?

 

Ternyata salah satu jawabannya, karena kandungan CO2 yang ada di WK ini lebih dari 70% membuat pengelolaannya menjadi tidak mudah.

 

Itu sebabnya juga pemerintah sampai menawarkan Natuna D-Alpha ini ke dunia internasional dan ke perusahaan-perusahaan multinasional kelas besar yang punya modal kuat, kompetensi tinggi dan mau ambil resiko.

 

Karena tak juga banyak perkembangan, tahun 2017 kemudian Pertamina dapat tugas untuk mengelola wilayah East Natuna termasuk lapangan AL.

 

Saat itu kontraktor yang sebelumnya kemudian menyerahkan semua data kepada pemerintah melalui Pertamina. Di saat perjalanan itu, Pertamina kemudian melakukan eksplorasi untuk menemukan minyak.

 

BACA JUGA:Belanda Pilih Hengkang Urus Migas Blok Masela, Tenang RI Masih Punya Jepang dan Malaysia

 

Tahun 2020 ide menemukan minyak ini disampaikan Pertamina kepada pemerintah, disetujui dan kemudian dilaksanakan studi geologi dan geofisika dari tahun 2021 hingga 2022.

 

Setelah mengumpulkan hasil studi yang dilakukan oleh tim dari ITB itu, barulah PHE mengajukan usulan pengelolaan WK East Natuna pada sisi utara Cekungan East Natuna.

 

Dan kini WK East Natuna telah resmi dikelola PT Pertamina East Natuna 100% seluas 10,484 km2 yang berada di bagian utara Cekungan East Natuna yang berada di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia-Vietnam.

 

 

PT Pertamina East Natuna anak usaha PT Pertamina Hulu Energi (PHE) ini juga telah resmi menandatangani kontrak untuk mengelola WK East Natuna sejak 30 Mei 2023 lalu.

 

Sementara itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji dikutip dari keterangan resminya, mengatakan Blok East Natuna rencananya akan dibagi menjadi 3 blok, di mana D-Alpha merupakan blok migas yang paling besar.

 

Pemerintah juga telah menggodok insentif khusus blok tersebut. "Insentif untuk East Natuna mesti signifikan. Kita sedang hitung, tapi harus menarik sekali," imbuh Dirjen Migas.

 

Pemerintah katanya berharap solusi mengatasi CO2 yang terkandung di lapangan migas Indonesia termasuk di East Natuna diantaranya melalui CCS & CCUS yaitu Teknologi carbon capture, sehingga gasnya bisa diinjeksi. (dpc)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: