>

Harusnya Rp 163 Triliun tapi Nilai Produksi Batu Bara Jambi Hanya Tecapai Rp 70 Triliun, Semua Gegara Ini

Harusnya Rp 163 Triliun tapi Nilai Produksi Batu Bara Jambi Hanya Tecapai Rp 70 Triliun, Semua Gegara Ini

Transportasi batu bara Jambi melalui Sungai Batanghari. Foto : Iwan/Jambi Ekspres--

JAMBI, JAMBIEKSPRES.CO.ID - Nilai produksi batu bara Jambi harusnya bisa mencapai angka Rp 163 Triliun pada tahun 2022. 

 

Jika mengikuti harga batu bara acuan bulan Desember 2022, sebesar USD 281,48 per ton, nilai produksi batu bara Jambi hingga akhir 2022 ternyata baru terealisasi sekitar Rp 70 Triliun.

 

Jumlah produksi batu bara Jambi sejak Januari hingga November 2022 hanya tercapai 17,3 juta ton. 

 

Angka ini jauh di bawah kuota yang diberikan Kementerian ESDM yaitu 42 juta ton untuk tahun 2022. 

 

Harry Endria, Kepala Dinas ESDM Provinsi Jambi mengatakan, tidak tercapainya quota produksi batu bara Jambi bukan karena cadangan batu baranya yang minim. 

 

Secara prinsip, Provinsi Jambi sebenarnya memiliki cadangan yang sangat berlimpah, sekitar 1,9 miliar ton dan masih bisa untuk 100 tahun lagi.

 

Lantas gegara apa? Harry Endria mengatakan salah satunya adalah karena masalah transportasi. 

 

Transportasi angkutan batu bara Jambi memang terus menjadi polemik sejak beberapa waktu belakangan. 

 

Bahkan terakhir saat kunjungan Komisi V DPR RI ke Provinsi, ditemukan fakta, ternyata Jambi belum memiliki jalan khusus batu bara.

 

Yang ada, hampir 50 persen jalan nasional di Jambi malah digunakan angkutan truk batu bara untuk membawa hasil produksi menuju pelabuhan dari mulut tambang. 

 

Beberapa jalan nasional yang dilewati angkutan truk batu bara itu tersebar di Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi dan Kota Jambi. 

 

Jalan nasional digunakan perusahaan batu bara untuk membawa hasil produksi ke jalur ekspor di 11 Terminal Umum Kepentingan Sendiri (TUKS) di Pelabuhan Talang Duku Muaro Jambi. 

 

Ismed Wijaya, Kepala Dishub Provinsi Jambi pada Jambi Ekspres mengatakan 11 TUKS itu mampu menampung 4.500 ton batu bara setiap harinya yang bisa dimuat oleh 1000 unit truk angkutan batu bara. 

 

TUKS yang ada didukung pula dengan 3 stockpile untuk penumpukan sementara batu bara sebelum diangkut oleh tongkang sebagai transportasi lanjutan menuju jalur ekspor. 

 

Hanya saja, masalah distribusi truk batu bara dari mulut tambang ke TUKS jadi kendala utamanya.

 

Bahkan terakhir, desakan agar perusahaan tambang batu bara Jambi ditutup saja, mulai mengalir dari berbagai pihak. 

 

Anggota DPR RI menganggap, jalan nasional dibangun untuk masyarakat umum bukan untuk perusahaan tambang batu bara, jadi baiknya tambang yang ada ditutup saja jika memang belum memiliki jalan khusus. 

 

Walikota Jambi Sy Fasha juga mendukung tambang yang beroperasi saat ini ditutup saja hingga memiliki jalan khusus sendiri. 

 

Banyaknya truk batu bara liar yang masuk ke wilayah Kota Jambi dianggap telah mengganggu masyarakat.

 

Terakhir, Wakil Ketua DPRD Muaro Jambi, Ahmad Haikal juga meminta truk batu bara yang lalu lalang di Kabupaten Muaro Jambi untuk dihentikan sampai perusahaan tambang yang ada itu punya jalan khusus sendiri. 

 

Tak sekedar menimbulkan kemacetan, truk batu bara Jambi ini juga telah menjadi salah satu penyebab beberapa kecelakaan di sepanjang jalur yang dilewatinya. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: