Keluarga Korban Ceritakan Kronologi Pelayanan RSI Arafah, Minta Pemerintah Lakukan Tindakan
PECAH: Pintu kaca di RS Arafah--
"Pelayanan tidak ada hati nurani, kalau soal biaya kami tidak perhitungan, malam itu kami bisa bayarkan. Tapi anak kami selama 3 jam ditelantarkan. Mohon anggota dewan, walikota, gubernur, tolong dengar suara kami. Kami tidak mau ada korban – korban lain. Tolong ini menyangkut nyawa manusia," sebutnya.
Terkait dengan insiden pengrusakan pintu IGD rumah sakit, Sumiyati mengatakan, hal itu dipicu dari pernyataan dokter bedah saat ditanya keluarga korban.
"Kami tanya sama dokter, ini bisa dijahit nggak sebenarnya. Lalu dijawab oleh dokter itu, bisa. Tapi posisi sudah meninggal, apa lagi yang mau dijahit. Wajar saja, semua keluarga diluar itu spontan dan emosi. Sementara kami sudah menunggu 3 jam, emosi spontan itu wajar," katanya.
Katanya, jika ada penanganan yang maksimal oleh pihak rumah sakit, kalaupun nyawa tidak tertolong, pihak keluarga ikhlas.
"Tapi ini karena ada persoalan seperti itu, kalau cepat ditolong, anak kami mudah-mudahan masih selamat. Kalau mati diruang operasi kami puas, ikhlas. Tapi ini 3 jam, menunggu rontgen dan dokter itu, kalau memang nggak cukup alat, seharusnya dirujuk ke tempat lain," katanya.
Terpisah, dr Dian Fitri R, Direktur RS Islam Arafah Kota Jambi saat diminta tanggapan terkait insiden itu Rabu (25/1), ia hanya menjawab singkat melalui pesan Whatts App.
"Nanti saya infokan kapan bisa saya berikan tanggapan," singkatnya. (hfz)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: