>

Pengkhianatan Intelektual: Sebuah Catatan Kritis terhadap Fenomena Kaum Intelektual Dewasa ini

Pengkhianatan Intelektual: Sebuah Catatan Kritis terhadap Fenomena Kaum Intelektual Dewasa ini

Bukhari Muallim--

Justru yang dapat disebut sebagai “pengkhianat intelektual”, menurut saya, ialah mereka yang tergolong kaum intelektual (kaum terdidik), tapi mereka tak berjuang merubah kondisi sosial ke arah yang lebih baik. Mereka hanya membebek dan menghamba pada kekuasaan. Mereka tak berani bersuara kritis mengkoreksi kondisi sosial. Mereka mengkhianati ilmu dan tanggung jawab moral yang ada pada diri mereka dengan hanya menjadi “tukang stempel penguasa dan membenarkan semua kebijakan penguasa dan status quo. Mereka berperan memberikan legitimasi pada setiap tindakan penguasa agar dianggap sah, benar, dan adil. Menggunakan argumentasi dan otoritas keilmuannya untuk membenarkan yang salah atau menyalahkan yang benar. Mereka lakukan itu demi mendapat imbalan materi dan kepentingan duniawi. Istilah kasarnya: pelacur intelektual.

 

Di samping itu, juga dapat disebut “pengkhianat intelektual” ialah para kaum intelektual yang berburu kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Tapi, setelah kekuasaan didapat, mereka tak menggunakan kekuasaan untuk kemaslahatan masyarakat. Mereka korup, tiranik, feodal, dan menyalahgunakan kekuasaan.

 

Hari ini, dalam konteks praksis, misalnya, kita bisa melihat ada banyak akademisi yang terjun ke dunia politik: menjadi kepala daerah (gubernur, bupati/walikota), dan posisi-posisi lainnya. Tapi, di antara mereka tak semua mampu berlaku lurus menjaga komitmen moral menjalankan amanah.  Mereka yang tak mampu menjaga komitmen moral-etis-keilmuan itulah yang dapat digolongkan “pengkhianat intelektual”. Sebagai penutup, perlu juga dianalisis secara rasional: apakah pengkhianatan intelektual terjadi karena memang mereka tak konsisten menjaga komitmen moral-etis-keilmuan, atau jangan-jangan karena basis filsafat keilmuan mereka yang keliru?

*) Bukhari Muallim, Alumnus Fisip Universitas Ekasakti dan Dosen STIA Nusa Sungai Penuh

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: