What If: “Riana just being Riana”
Ari Hardianah Harahap--
“Tidakkah kau bisa bersikap lebih lembut sebagi tuan rumah? Dimana tata keramahan di lingkungan ini?” sebal Riana, entah sejak kapan Riana mengubah gaya bicaranya seperti putri bangsawan yang merasa terhina jika berbicara dengan Orion, dirinya pun tak menyadari, berlalu begitu saja.
Orion hanya tersenyum culas, menyiratkan ‘tidak ada keramahan untuk gadis semenyebalkan dirimu.’
“dasar gila.” Umpat Riana melihat senyum sinis Orion.
“baiklah aku akan pergi, setidaknya jika ayahku pulang. Lagipula aku tidak punya kunci rumahku.” Pasrah Riana, Orion hanya mendengus sebagai respon.
------
Setelah obrolan mereka yang terasa seperti tidak mengobrol, Orion mengamati Riana. Gadis baru di lingkungan tempat tinggalnya. Tidak tepat rasanya jika Orion mengatakan Riana seorang gadis karena Riana baru berusia 11 tahun, baiklah Orion akan mengatakannya sebagai anak perempuan baru di lingkungannya.
Orion sendiri memiliki usia yang sama dengan Riana, hanya saja dirinya merasa lebih pantas dihormati atau terasa lebih pantas ‘dituakan’ dibanding Riana. Aish, Orion sangat kesal sedari awal melihat Riana, bahkan pertemuan pertama mereka tidak berkesan baik dengan tragedy lumpur di sekolah.
Jika Riana tidak semenyebalkan ini, Orion ingin meminta maaf atas insiden itu karena telah menabrak Riana dan membuat Riana penuh lumpur di hari pertama Riana datang ke sekolah. Namun, niat itu ia urungkan kala melihat bahwa Riana sangat menyebalkan. Entahlah, pertemuannya dengan Riana bahkan belum genap 24 jam, tapi dengan cepat ia menyimpulkan bahwa Riana adalah anak perempuan menyebalkan.
Hal itu tentunya tidak terjadi pada Orion sendiri, Riana juga merasa begitu, belum 24 jam mereka bertemu Orion sudah dicap sebagai makhluk paling menyebalkan oleh Riana.
Jika dilihat lebih teliti, menurut Orion Riana sangat cantik diantara teman – teman perempuannya. Rambutnya yang hitam legam sangat kontras dengan kulit seputih susunya, belum lagi mata bulatnya, dengan hidung mancung dan bibir tipis berwarna merah muda membuat parasnya semakin tampak manis juga imut. Berlebihankah jika Orion mengatakan Riana tampak seperti boneka hidup?
Orion menggeleng pelan guna memusnahkan pikirannya tentang Riana, tanpa Orion sadari wajahnya memerah, sangat merah, bahkan telinganya pun ikut memerah.
“aku rasa hari ini tidak terlalu panas untuk membuat wajahmu semerah itu,” komentar Ariana, Orion seperti terciduk oleh Ariana, membuat ia semakin memerah, selain memerah karna bersemu memikirikan Ariana, dirinya juga memerah karena malu.
“Bukan urusanmu,” Jawab Orion acuh, Ariana mendelik kesal melihat respon Orion padahal dirinya bermaksud baik menanyakan keadaan Orion walau dengan kata yang sedikit ia revisi.
“ayah…” panggil Riana senang, kala melihat Devano ayahnya telah pulang. Devano yang melihat Riana segera melambai dan turun dari motornya setelah memastikan motornya terparkir dengan baik.
Riana segera berlari pelan menemui Devano dan memeluknya dengan manja, dibelakangnya Orion menyusul Riana menuju rumah Riana, sedikit tergilitik melihat sikap manja Riana pada Devano. Kali ini Riana benar – benar terlihat seperti anak – anak yang taunya hanya bermain, Orion hanya mengamati hingga Devano menanyakan dirinya pada Riana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: