Bagian 9: “Wujud Nyata itu Kita”

Bagian 9: “Wujud Nyata itu Kita”

Ari Hardianah Harahap--

“Besok ayo chill sepanjang hari, jajan dipinggir jalan, kita cari yang murmer aja, atau kita bisa keliling Jakarta sampi malam, sampai lupa kalo kita harus pulang, uang bensinnya ayo bagi dua, ayo lakuin apapun bahkan hal konyol sekalipun, asal kitanya berdua, sama sama langkahnya, supaya sepinya hilang lukanya juga sembuh.”

>>>***<<<

Riana masih tidak dapat memejamkan matanya, padahal tadinya dirinya merasa sangat lelah. Bahkan rasanya untuk membawa tubuhnya berjalan saja terasa sangat berat, lalu mengapa sekarang matanya tak bisa tertutup sama sekali. “Jangan merasa nggak enak, tidur aja nanti kalo udah sampe rumah lo gue bangungin.” Seseorang dibalik kursi kemudi yang menyadari kegelisahan Riana berkata dengan nada lembut tak lupa senyum tulusnya.

“Mungkin karena ada lo makanya gue nggak bisa tidur dengan nyamam?” Balas Riana blak – blakan, Reno yang mengatakan untuk menjadi senyamannya dirinya, Riana lelah untuk terus berpura – pura jadi biarkan ia melakukan segalanya semaunya di depan Reno, sekaligus membuktikan pada Reno, Riana kini bukanlah Riana yang mampu dan yang bisa ia sapa seperti dulu.

“Korelasinya?” tanya Reno bingung, pandangannya lurus ke arah jalanan, melirik sedikit Riana sebelum kembali fokus pada kemudinya.

“Satu rasa yang menggebu – gebu sangat benci dilain sisi lo nggak bisa nggak sayang sama orang itu, sama kayak lo, gue benci lo tapi disatu sisi gue sesayang sama itu sama lo, rasanya jadi lebih was – was aja, kayak jangan lagi buat lukanya, buat patah hatinya.” Riana berucap, menyandarkan kepalanya ke jok mobil dengan mata terpejam.

“Ternyata gue jahat banget ya?” Tanya Reno pada Riana yanga dibalas Riana dengan deheman singkat, “Lo jahat dan keadaan ngebuat gue buat nyerah,” Jawab Riana yang dibalas kekehan dengan Reno.

“Lo banyak banget berubahnya, jangan keroyokan dong, gue syok ketemu Riana versi sekarang,” Gurau Reno yang dibalas Riana dengan senyuman tipis.

“Menurut lo kita ini nyata nggak sih No?” Tanya Riana, jujur Riana lelah dengan situasi yang terus tidah berpihak padanya, Riana ingin bahagia tanpa lagi merasa terluka lebih jauh dan lebih dalam.

“Kita nyata, bukan berarti semesta nggak ngasih kesempatan kita buat sama – sama, nggak membuat kita lantas menjadi makhluk yang sia – sia, Na.”

Riana bungkam, Reno benar, namanya hidup, bercandanya buat Riana sampai tak bisa berkata apa -apa sebagai manusia. (bersambung)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: