Sosok Brigadir Yosua, Sisihkan Gaji untuk Orang Tua, Paling Dekat dengan Sang Ibu

Sosok Brigadir Yosua, Sisihkan Gaji untuk Orang Tua, Paling Dekat dengan Sang Ibu

Ayah Brigadir J memperlihatkan foto alm kepada tim Jambi Ekspres di kediamannya Sabtu (16/7)--

Nama Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J hingga kini masih jadi perbincangan di seantero negeri. Masih ada misteri besar yang menggelayut di balik kasus kematiannya. Koran ini sempat berkunjung ke kediaman almarhum di kawasan Sungai Bahar, Sabtu pekan lalu (16/7).Berikut Laporan ANDRI BRILLIANT AVOLDA, wartawan Jambi Ekspres.

 

SEHARUSNYA hanya butuh waktu sekitar 1,5 jam, atau paling lama 2 jam dari pusat Kota Jambi untuk sampai ke kediaman keluarga mendiang Brigadir J di di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi. Berjarak hanya 68 kilo meter.

Namun waktu tempuh bisa lebih lama. Ini dialami sendiri oleh wartawan koran ini yang berkunjung ke kediaman almarhum. Banyaknya truk pengangkut sawit dan bus besar tujuan Jawa yang melintas di ruas Jalan Lingkar Barat menuju Sumatera Selatan, menjadi salah satu pemicu.

Tidak susah mencari kediaman almarhum. Sebelum gapura perbatasan Jambi- Sumsel, ada pertigaan, tepat di sisi sebelah kanan jalan lintas, Simpang Gudang namanya. Dari pertigaan itu, hanya 30 menit berkendara sudah bisa sampai di kediaman Brigadir J.

Namun demikian, di sepanjang jalan, tak semua aspalnya mulus. Ada juga jalan berlubang dan jalan rigid beton. Di sisi kana dan kiri jalan, terlihat puluhan atau bahkan ratusan kebun kelapa sawit yang sepertinya sudah berumur. Tampak dari kondisinya, pohon yang sudah miring dan pelepah yang sudah  mengering. 

Sangat mudah mencari lokasi rumah yang ditempati orang tua Brigadir J. Di depan rumahnya ada RSUD Sungai Bahar. Rumah tinggal orang tuanya berada dalam satu pagar dengan lokasi SD 74/IX Suka Makmur.

Rumah itu terlihat sederhana, berada persis di belakang ruang kelas SD. Di sampingnya juga ada lapangan bola voli.

Rumah yang ditempati oleh Samuel Hutabarat (57) dan Rosti Simanjuntak (54), orang tua dari mendiang Brigadir J merupakan rumah dinas guru. Tak ubahnya seperti sebuah bangunan bedeng. Berukuran 6 x 10 meter yang telah dilengkapi dengan dapur kayu renovasi di bagian belakang. Dicat warna putih di bagian luar.

Samuel, istri dan 4 anaknya menempati bedeng dua pintu dengan dinding beton ini sejak 2003 silam. Rumah ini ditempati karena Rosti telah menjadi honor daerah dan mengajar di SD 74, dan baru diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun 2009.

Walaupun telah lama menempati rumah dinas itu, sejak tahun 2019, mereka hanya tinggal berdua, karena anak-anaknya kuliah dan bekerja di Kota Jambi.  Di tanah milik Pemkab Muaro Jambi ini terlihat 4 rumah lainnya, namun hanya dihuni 1 keluarga lainnya. 

Kondisi keluarga ini berkecukupan. Terlihat dari mobil minibus jenis Rush Facelift hitam milik keluarga ini. Serta mereka memiliki sebuah rumah di Kota Jambi di Kelurahan Kenali Asam. 

Samuel pun menyambut kedatangan koran ini dengan begitu ramah. Dia berusaha tersenyum, meskipun masih tergambar jelas guratan-guratan kesedihan di wajahnya.

Ia berkisah, Joshua (panggilan akrabnya, red) lahir pada November 1994 di klinik bersalin Hj. Ani Lubis Tanjung Pinang, Kota Jambi.

Joshua mengenyam Pendidikan SD di tempat ibunya mengajar. Ia sempat diajar oleh ibunya. Samuel mengatakan menanamkan pondasi agama yang kuat kepada anaknya.

“Karena bagi kami tanpa agama semua akan rusak,” ujarnya.

Setelah SD, Josua lalu melanjutkan Pendidikan di SMP Negeri 12 Muaro Jambi yang berjarak 5 menit dari rumahnya. Kemudian bersekolah di SMAN 4 Muara Jambi.

“Kalau dari SMP inii hobinya tak berlebihan, paling futsal. Bahkan saat SMP dia main pernah sampai malam hari dan pernah lecet,” katanya.

Saat SMA, lanjut Samuel, dari kelas X sampai XII membekali diri dengan latihan silat pagar nusa disekitar kediamannya. Sampai kelas XII saat hendak ujian, Samuel meminta anaknya berhenti dari latihan silat ini dan fokus pada pendidikan karena di ujung kelulusan. 

Selepas lulus, Joshua dengan memberanikan diri tes Brimob di Watu Kosek, Jawa Timur dan langsung lulus dan menjalani pendidikan pada tahun 2012. Setelah itu, ditempatkan di Kompi Brimob di Kabupaten Merangin Jambi selama 3,5 tahun. Bahkan saat berdinas di Merangin, Samuel menyebut anaknya pernah menghubunginya dan menyebut sedang bertugas sebagai sniper di daerah perbatasan Kabupaten Bungo-Merangin.

“Dan anak saya sniper juga diakui oleh pelatihnya yang melayat ke sini,” akunya. 

Lantas ia ditarik ke Markas Brimob Kota Jambi untuk dijadikan provos. Dalam jangka 3,5 tahun bekerja sebagai provos, Joshua mengejutkan bapaknya. Ia menghubungi Samuel akan ikut seleksi ajudan di Mabes Polri. Joshua melalui bapaknya meminta sang kakak Yuni mengemasi barangnya untuk bisa berangkat tes.

Selepas 3 bulan disana ia diterima sebagai ajudan di Mabes.

“Tentu saat itu suatu kebanggaan bagi kami karena dari daerah bisa jadi ajudan di Mabes Polri. Disinlah mulai kenal dengan Ferdy Sambo saat masih jadi Kombes sampai naik Brigjen hingga jadi Kadiv Propam,” katanya.

Pulang kampung terakhir kalinya Joshua ke Jambi pada 27 Desember 2021 sampai 5 Januari 2022. Awalnya saat libur natal dan tahun baru Samuel dan istrinya berencana berziarah ke makam tetuanya di Sumatera Utara, namun dibatalkan karena kesibukan anak-anaknya. 

Ada cerita menarik saat Joshua hendak berangkat dari Jambi untuk Kembali berdinas di Jakarta. “Joshua banyak beli oleh-oleh Pempek ‘Selamat’ dari Jambi. Saat itu harga kargonya (bagasi barang) mencapai Rp 2 jutaan kargo. Kami kaget dengan jumlah itu dan meminta agar dia membawa oleh-oleh inti saja untuk (komandan beserta istrinya di Jakarta) dan oleh-oleh yang tak penting kami kirimkan lewat paket barang saja,” sambung pria berusia 57 tahun ini.

Masih kata Samuel, ia menilai diantara empat anaknya, Joshua yang paling dewasa cara berpikirnya. Anaknya sopan, rajin, penurut dan rajin ibadah. Segala masalah Joshua tak mau diceritakan ke keluarga. Hanya yang manis yang diceritakan ke bapak dan ibunya. “Joshua ini dekat sekali dengan ibunya.

Joshua ini umurnya saja yang hampir 28 tahun tapi saat pulang tidurnya di bawah ketiak ibuk, dekat sekali,” katanya.

Uang dari gaji Joshua, kata Samuel, sering dikirim ke ibunya. “Tahu-tahu ibunya sudah gembira saja bilang dapat angpau, bahkan saya sempat bilang ke almarhum agar mengurus dirinya terlebih dahulu. Namun ia bilang jumlah uang itu sudah ada jatahnya tersendiri untuk dikirim ke keluarga,” ucapnya. 

Untuk keahlian Joshua mengemudi, Samuel mengakui baru didapati anaknya saat mulai berdinas di Brimob Merangin. Ia pun mengakui membawa mobil berkelas sewaktu menjadi supir istri Kadiv Propam. “Dia bilang kalau mobil kita di Jambi ini (Toyota Rush) hanya kaleng-kaleng kalau dibanding mobil yang ia bawa saat bertugas di Jakarta,” terangnya. 

Adapun keluarga yang ditinggalkan Jhosua saat ini, sang ayah Samuel bekerja di kebun sawit miliknya yang jarak paling dekatnya sekitar 8 kilometer dari Desa Suka Makmur. Tepatnya berada unit 8 dan unit 10 Sungai Bahar. Pekerjaan ini dilakoninya selepas tak lagi bekerja di PT Asiatic (perusahaan sawit di Jambi) tahun 2000.

Sementara itu saudara kandung Joshua, kakaknya Yuni Artika kelahiran tahun 1992 bekerja di Balai Karantina Pertanian Jambi. Lalu adik perempuan Jhosua Bernama Debi kelahiran 1998 yang baru menamatkan Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Universitas Jambi. Serta adik laki-laki Joshua lainnya juga berprofesi sebagai anggota Polri, yakni Bripda Mahareza Hutabarat kelahiran 2000 dan menjadi aparat kepolisan pada tahun 2020. 

Saat mendapatkan kabar sang anak meninggal dunia, awalnya, kata Samuel mengungkapkan, dari telepon anak bungsunya kepada anak sulungnya Yuni. Saat itu Samuel sedang berada di Padang Sidempuan untuk berziarah ke makam mertua dan orang tuanya. Ia sempat tak percaya namun harus menerima kenyataan.

Namun ia mengakui tak bisa menutupi kejanggalan yang terjadi pada kondisi anaknya saat meninggal. Saat melihat kondisi anaknya dalam peti jenazah, ia menyebut keluarga melihat ada bekas antara mulut dan hidung berlobang. Jari hampir putus dan memar diperut dan dikaki ada sayatan. "Saya melihat dari batas wajah ke perut, dan keluarga lain melihat seluruh tubuh anak saya dan memoto kejanggalan yang dilihat," kata Samuel.

Tampak di rumah duka, masih terus berdatangan keluarga hingga aparat kepolisian berpakaian bebas. Bibi dan tante korban tampak datang ke rumah dan masih berusaha menenangkan ibu korban yang masih belum mau keluar rumah. 

Untuk urusan percintaan, Samuel yang juga aktif sebagai Majelis di Gereja GPIB Sungai Bahar ini menyebut, Joshua memiliki pacar Bernama Vera yang tinggal di Kabupaten Merangin. Awal kenalnya sejak Samuel mendapat tugas awal di Brimob Merangin. “Sudah kenal 8 tahun. Walau di Jakarta komunikasi mereka tetap sering. Dan pernah datang ke Jambi di Perumahan Asri Kenali Bawah. Bahkan duluan keluarga pacarnya sampai di Bahar,” katanya. 

Terakhir Samuel mengakui merelakan jika dilakukan otopsi ulang terhadap puteranya. Ini untuk mengungkapkan kebenaran kematian anak kebanggannya ini. “Kita siap saja, namun dananya bukan dari kita karena kita tahu itu mahal. Kalau kami siap dan kami akan berkonsultasi juga dengan kuasa hukum keluarga jika nantinya ini terjadi,” pungkasnya. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: