Blended learning (Bauran) : solusi atau distraksi
Dr. Muhamad Taridi, M.Pd Ketua Pusat Kajian Kurikulum, PengembanganPengajaran dan Pembelajaran--
TAHUN 2022 menjadi titik terang dari berakhirnya rantai penyebaran virus corona yang 2 tahun belakangan telah banyak merugikan kita secara menyeluruh, mulai dari aspek ekonomi, pendidikan, dan stabilitas Negara. Data dari media sosial Instagram humas kota Jambi (13/06) menyatakan bahwa tidak terdapat penambahan kasus dan korban jiwa dari wabah virus covid-19 per hari ini di Kota Jambi. Hal ini tentunya membuat kita sedikit bisa bernafas lega. Berkurangnya penyebaran wabah virus covid-19 di Indonesia khususnya di Kota Jambi juga berdampak pada beberapa aturan yang diberlakukan, pembelajaran jarak jauh tidak lagi diberlakukan secara penuh. Di beberapa Sekolah, Universitas ataupun Sekolah Tinggi sudah mulai memberlakukan proses pembelajaran secara tatap muka dan virtual, atau yang biasa kita kenal dengan istilah blended learning. Blended learning merupakan integrasi pengajaran tatap muka dan online (Graham, 2013).
Muslimahayati, M.Pd.Sekretaris Pusat Kajian Kurikulum, PengembanganPengajaran dan Pembelajaran
Secara historis, konsep pembelajaran bauran atau blended-learning sudah diterapkan di tahun 1840-an oleh Sir Isaac Pitman dalam penyampaian intruksi untuk sistem shorthand melalui kursus korespondensi. Hal tersebut mempelopori gagasan pendidikan jarak jauh, dimana pembelajaran jarak jauh selanjutnya terus digunakan dalam proses pembelajaran dan seterusnya diintegrasikan dengan pembelajaran tatap muka. Penggunaan metode pembelajaran bauran atau blended-learning sudah digunakan secara luas di seluruh Pendidikan tinggi yang juga disebut dengan “new traditional model” (Rose and Gage, 2006). Proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka dan diintegrasikan dengan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan media online yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak, guru dan siswa, atau dosen dan mahasiswa. Media online bisa berupa modul yang dikirimkan kepada siswa, atau interaksi belajar mengajar melalui zoom meeting ataupun tools lainnya.
Suci Fitriani,M.Sc.Ed, Staff Pusat Kajian Kurikulum, PengembanganPengajaran dan Pembelajaran
Berdasarkan penelitian, Blended-learning di masa pandemi memberi pengaruh yang tinggi terhadap hasil belajar siswa (Warianthos, R., et, al., 2021). Manfaat lainnya yang didapatkan dari pengalaman belajar secara bauran adalah siswa dapat memperluas kesempatan membaca dan memperkaya kosakata bahasa Inggris mereka (Al Zumor, A. W. Q., et, al., 2013). Selanjutnya, Khoirah, N (2017) menemukan bahwa tingkat motivasi siswa ketika menggunakan model pembelajaran bauran atau blended learning lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran model pembelajaran langsung atau secara tatap muka. Hasil dari proses pembelajaran blended learning juga terbukti efektif dan mampu mengatasi kelemahan model pembelajaran tatap muka yang didominasi guru, sekaligus kelemahan pembelajaran secara e-learning yang hanya mengandalkan teknologi komunikasi (Puspitarini, 2022). Hasil-hasil penelitian tersebut bersesuaian dengan tujuan dari pembelajaran Blended Learning yaitu untuk memperoleh pembelajaran terbaik dengan cara mengkombinasikan berbagai keunggulan pembelajaran tatap muka dan pembelajaran secara virtual (online).
Suatu metode ajar bagaikan memiliki dua sisi koin, sisi baik dan sisi kurang baiknya. Blended learning pun memiliki beberapa sisi baik dan buruknya. Pembelajaran dengan blended learning tentunya lebih aman untuk Kesehatan dikarenakan mengurangi jam tatap muka apalagi di kondisi luar biasa seperti pandemi covid-19 seperti saat ini. Blended learning dapat menguntungkan siswa karena siswa memiliki waktu yang lebih leluasa untuk mempelajari materi sendiri di rumah, siswa diberikan kemudahan untuk mengikuti proses belajar dengan belajar mandiri dimanapun mereka berada, sehingga pembelajaran tidak lagi mengenal ruang dan waktu. Dengan blended learning, siswa diberikan keluwesan untuk belajar sesuai dengan kemampuan cepat atau lambatnya siswa menyerap informasi. Penggunaan media online juga dapat meningkatkan kemampuan mengoperasikan perangkat laptop, ataupun gawai. Siswa secara sadar ataupun tidak, akan memahami proses penggunaan perangkat lunak pada laptop. Selain itu, guru dan peserta didik dapat berdiskusi di luar dari jam tatap muka, serta guru dapat menambah pengetahuan materi pembelajaran dengan menggunakan fasilitas internet.
Blended learning pun juga memiliki beberapa kendala dalam pelaksanaannya. Blended learning sulit dilakukan jika sarana dan prasarana tidak mendukung. Akses internet merupakan salah satu kendala yang muncul ketika pembelajaran dilakukan secara virtual, karena pembelajaran bergantung pada kualitas internet yang kita gunakan. Beberapa siswa terkadang masih memiliki koneksi internet yang tidak stabil, sehingga ketika pembelajaran melalui virtual meeting, mereka kesulitan untuk mengikuti pembelajaran. Selanjutnya, beberapa mahasiswa ataupun guru/dosen senior, terkadang memiliki kemampuan “computer literacy” yang rendah, sehingga menyulitkan mereka untuk melakukan blended learning.
Selanjutnya, Guru atau Dosen akan dibebankan dengan tambahan pekerjaan, dimana mereka diharuskan untuk menyiapkan modul pembelajaran dan juga mempersiapkan rencana pembelajaran yang sesuai dan efektif untuk diterapkan. Guru atau dosen juga diminta untuk mendesain pembelajaran yang menarik dikarenakan media pembelajaran yang digunakan beragam untuk diikuti secara online maupun offline. Sayangnya, tidak semua guru atau dosen mau untuk beradaptasi dengan kondisi baru ini. Selain itu, pihak sekolah atau dinas terkait perlu memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan dan keterampilan memanfaatkan beragam fasilitas pembelajaran online dari berbagai konten pendidikan, untuk memperkuat dan memperkaya pembelajaran e-learning. Blended learning juga dapat berjalan dengan baik hanya jika siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi, hal tersebut mempengaruhi kemauan siswa untuk belajar mandiri. Sehingga muncul suatu masalah pelaksanaan blended-learning ketika siswa dengan motivasi rendah tidak diawasi untuk belajar.
Pembelajaran bauran atau blended learning pada akhirnya dapat dianggap sebagai solusi atau distraksi. Dikatakan sebagai solusi ketika pembelajaran bauran dapat dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan aturan yang berlaku sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Menjadi distraksi apabila terjadi ketimpangan motivasi antara guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran bauran sehingga merugikan kedua belah pihak. Dengan demikian, sukses atau gagalnya suatu metode pembelajaran, terkhususnya pembelajaran bauran atau blended learning, bergantung pada kedua belah pihak yang menjalankan.
Menyongsong tahun ajaran baru yang berada di depan mata, para pihak terkait harus bersiap sedia untuk menentukan metode pembelajaran yang tepat dalam menyambut siswa/mahasiswa baru yang pastinya berorientasi pada learning outcome atau capaian pembelajaran. Apakah blended learning masih menjadi solusi ataukah berubah menjadi distraksi?. Apapun yang menjadi pilihan nantinya, tentunya kita harus terus tetap menerapkan protokol Kesehatan dalam dunia pendidikan serta kedisiplinan dan kepedulian demi memutus mata rantai penularan wabah covid-19 untuk terwujudnya cita-cita Pendidikan Nasional. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: