>

Viral di Medsos, Gadis Asal Jogja Ini Bergaji Rp 2,6 Miliar di Amerika Serikat

Viral di Medsos, Gadis Asal Jogja Ini Bergaji Rp 2,6 Miliar di Amerika Serikat

JAKARTA, JAMBIEKSPRES.CO.ID-- Seorang gadis asal Yogyakarta bernama Khairunnisa Semesta menjadi salah satu WNI yang beruntung di luar negeri. Kabar dirinya kini viral di media sosial.


yamaha--

Semesta, panggilannya, yang saat duduk di bangku 11 SMA atau pada 2013 mengikuti pertukaran pelajar tersebut, kini telah bekerja sebagai konsultan dengan gaji Rp 2,6 Miliar di Boston, Amerika Serikat.

Di mana, semenjak duduk di bangku SMP, Semesta sudah bercita-cita agar bisa berkuliah dan bekerja di luar negeri.

Ketika ada program pertukaran pelajar di Minnesota, Amerika Serikat, Semesta tidak menyia-nyiakan dan mengikutinya meski terpisah dari kampung halaman.

Semesta mengikuti pertukaran pelajar yang disponsori pemerintah Amerika Serikat melalui program Kennedy Lugar Youth Exchange and Study pada 2013.

Dalam program tersebut, Semesta sekolah di Pipestone High School.

Semesta memanfaatkan waktu secara optimal saat menjalani pertukaran pelajar ini.

Ia banyak mengikuti kelas level collage, termasuk tes SAT dan ACT untuk mendaftar kuliah S1 di universitas Amerika. 

Pada tahun berikutnya, Semesta kembali ke Yogyakarta untuk menyelesaikan kelas 12 atau SMA kelas 3.

Alhasil, Semesta mendapat kabar pengumuman diterima di sejumlah perguruan tinggi ternama di Amerika.

Selanjutnya, pada 2014 Semesta memilih studi S1 bidang Biologi di New York University (NYU), Abu Dhabi.

Selama menempuh pendidikan di kampus ini, Semesta mendapatkan beasiswa penuh.

Prestasi Semesta saat di NYU Abu Dhabi terbilang luar biasa.

Berbagai kejuaraan di bidang Biologi, ia ikuti dan pernah memimpin sekelompok NYU Abu Dhabi berkompetisi di skala internasional pada Jambore Raksasa di Boston, November 2017.

Lebih 300 tim dari seluruh dunia bersaing dalam kompetisi biologi sintetik paling bergengsi di AS tersebut, sehingga tim Semesta membawa pulang medali emas.

Tim Semesta sebagai satu-satunya tim yang berasal dari UEA, grup beranggotakan 12 orang yang dipimpin oleh Semesta dan rekan seniornya Adrienne Chang melalui perangkat yang diberi nama E.coLAMP.

Perangkat portabel ini hemat biaya yang dapat mendeteksi keberadaan bakteri E.coli strain O157:H7.

“Yang perlu dilakukan pengguna hanyalah menyeka sampel makanan mereka, mencelupkan swab ke dalam buffer yang disediakan, memasukkan sampel ke dalam sumur reaksi pada chip silikon menggunakan pipet plastik sekali pakai dan menunggu 20 menit,” kata Semesta.

Dengan perangkat seperti itu, ribuan orang yang tinggal di daerah miskin di dunia akan segera dapat mendeteksi kontaminasi E. coli dalam makanan mereka dengan mudah.

Pada pada 2018, Semesta melanjutkan pendidikan S3 dengan beasiswa penuh dari Duke University North Carolina.

Diketahui, banyak program S3 bidang sains dan teknologi di Amerika membolehkan mahasiswa lulusan S1 langsung masuk ke S3 tanpa melalui jenjang S2.

"Saya seorang kandidat PhD dalam Farmakologi di Duke University yang berfokus pada penemuan regulator baru dari pensinyalan reseptor berpasangan G-protein dan fungsinya dalam neuropsikiatri," tulis Semesta di akun Linkedin-nya.

Di luar kuliah, Semesta aktif memberdayakan komunitas yang kurang terwakili dan mengangkat tema keadilan sosial di STEM (Science, Technology, Engineering, & Math).

Pada 2022 ini, Semesta sudah bekerja sebagai konsultan di Boston, Amerika Serikat dengan gaji sampai Rp 2,6 miliar per tahun.

Karir bekerjanya diawali lulusan magang pada program kepemimpinan wawasan komersial di perusahaan biotechnology research, Amgen.

"Saya seorang ilmuwan karir awal dengan 5 tahun lebih pengalaman dalam penelitian ilmiah akademik dan lebih 2 tahun pengalaman dalam terjemahan penelitian dan komersialisasi," kata Semesta seperti tayang di blog pribadinya.

Ia mengucap rasa syukur, karena kesuksesannya ini atas doa orang tua dan lingkungannya yang mendukung. 

Semesta menyebutkan, dirinya dilahirkan dari keluarga akademik.

Ayah mendapatkan gelar PhD di Inggris dengan bidang molecular biology.

Sedangkan ibundanya lulusan S2 di Indonesia dan keduanya menjadi dosen di Yogyakarta. (disway)

 

 

 

 

 

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: