>

Petani Non Plasma Menjerit

Petani Non Plasma Menjerit

Dengan menurunnya penggunaan minyak Kelapa sawit itu, tentunya, perusahaan-perusahaan pengelolaan sawit juga menurunkan produksinya.

“Kita contohkan di China dan Thailand. Mereka telah menurunkan produksinya,” ujarnya.

Meskipun demikian, suplay sawit makin naik. Sehingga, menumpuk di perusahaan.

Khusus untuk Jambi, ada beberapa factor yang menambah turunya harga Sawit itu. Sehingga, minyak-minyak sawit Jambi tertahan. Perusahaan hanya membeli secukupnya.

Lantas, apa langkah yang harus dilakukan oleh Pemerintah ? menurut tagor, kasus ini adalah pelajaran bagi Provinsi Jambi.

“Kita akan memperbanyak tangki timbun, apakah di pelabuhan ataukah di pabrik-pabrik. Saat ini, pabrik juga kebingungan,” ujarnya.

Kedepan, pemerintah akan berkoordinasi dengan pabrik-pabrik agar mereka memperbanyak tangki-tangki timbun. Dalam satu tahun, produksi sawit di Jambi mencapai 1,400 juta ton.

Pengamat Ekonomi Jambi, Pantun Bukit mengatakan,  dalam masalah yang seperti ini, pemerintah harus ada solusi yang digagas. Misalnya, yakni melakukan intervensi harga sembako sehingga daya beli masyarakat tidak menurun. Selain itu, pemerintah harus lebih tepat memberikan subsidi.

“Jangan hanya mengalokasikan anggaran mobil yang banyak, sementara subsidi ke petani kurang,” paparnya.

Ia mencontohkan, subsidi itu bisa berupa pemberian pupuk, bibit atau kebutuhan petani lainnya.

Kemudian, lanjutnya, pemerintah bisa mengalokasikan kredit untuk petani.

“Sehingga petani tetap melakukan usaha pertaniannya. Tolong jangan lupakan petani,” ujarnya.

Dari Tanjabtim dilaporkan, Aris, salah seorang petani sawit di Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjab Timur mengatakan, harga saat ini masih jauh dari harapannya. Karena belum lagi biaya untuk perawatan pupuk. \"Dibilang rugi ya masih rugi,\" keluhnya.
Terpisah, Kadis Kehutanan dan Perkebunan Tanjab Timur, Zaenal Arifin mengungkapkan penurunan harga sawit terjadi karena kapal pengangkut TBS sawit di Provinsi Jambi tidak bisa merapat akibat pendangkalan sungai. \"Mudah-mudah dengan musim hujan ini kapal tersebut bisa kembali merapat untung mengangkut TBS,\" ungkapnya kemarin..

Sementara itu, salah seorang petani di Tebo Tumiran mengatakan saat ini yang menjadi keluhan mereka adalah jalan yang rusak. Hanya saja saat ini yang menjadi keluhan adalah akses jalan untuk menuju keperkebunan, karena saat ini curah hujan mulai meningkat.  

( cr8/fth/yos/fad/)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: