>

Oasis Jiwa dalam Kesumpekan

Oasis Jiwa dalam Kesumpekan

kohesi sosial dalam menata kehidupan yang tenang dan sehat.

Di tengah hiruk pikuk masalah bangsa yang mendera kenyamanan, potensi kebaikan itu harus kita kuatkan. Tapi, tidak berarti kita menyangkal bahwa keadaan memang buruk. Kita harus berfokus pada aspek positif dari situasi yang menekan sambil memilih mencari dukungan daripada permusuhan. Orang optimistis melihat kue donat, orang pesimistis hanya melihat lubang. Berlatih lebih positif dan bisa mengapresiasi apa yang kita atau orang lain lakukan kendati kecil akan membuat kita tetap sadar, antusias, optimistis, bersemangat, dan gembira. Kita pun tidak mudah stres, apalagi depresi. Memang, kenyataannya sulit untuk

bisa bersyukur ketika keadaan berjalan tidak sesuai dengan harapan. Tapi, itu masalah pilihan yang memang

terkadang tak banyak.

Jangan korbankan kebebasan kita untuk memilih bahagia dengan merasa marah terus-menerus. Merupakan kebajikan bila kita mampu mendorong impuls kebaikan di seluruh negeri. Langkah itu lebih baik daripada mempertontonkan bagaimana mudahnya orang-orang yang sesungguhnya baik justru tertular menjadi pelaku kejahatan pula karena lingkungan tidak mendukung promosi bagaimana kebaikan bisa dijadikan tren dan gaya hidup. Kita mesti yakin, sebagian besar umat manusia mempunyai sisi karakter baik yang harus dipoles lewat apresiasi agar lebih cemerlang. Seperti Abraham Lincoln yang lebih dari seratus lima

puluh tahun lalu menyerukan pernyataan yang fenomenal, ’’Better angels of our nature’’, untuk mengekspresikan keyakinan dan harapannya bahwa sesungguhnya masyarakat secara alamiah akan melakukan dan menggali potensi kebaikannya. Tentu amat relevan dengan keadaan masa kini yang pengap dengan kebisingan perubahan yang menuntut adaptasi yang keras. Ketika keadaan masih sulit berubah untuk menjanjikan hidup yang tenang dan nyaman, pilihannya adalah kita yang harus berubah untuk kebaikan. Juga tetap berfokus pada tujuan untuk memperbaiki kenyataan yang masih berantakan. Buang sikap cuek, asal aku senang, atau tidak peduli yang tentu saja bukan modal keberadaban suatu bangsa.

*) Psikiater di RSUD dr Soetomo-

FK Unair; pengurus pusat Perhimpunan

Dokter Spesialis Kedokteran

Jiwa Indonesia (PDSKJI)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: