Petugas Jamin Koper Jemaah

Petugas Jamin Koper Jemaah

JEDDAH- Petugas pelayanan umum Indonesia di Bandara King Abdul Azis jamin koper jamaah tidak hilang karena dijejak dalam tiga cara.


\"Alhamdulillah, belum ada yang komplain hingga saat ini,\" kata Aldi Ahmad al Manfaluthy (26) tenaga musiman di bagian layanan koper di bandara Jeddah, Minggu.

Perjalanan koper jamaah di mulai ketika jamaah usai melewati meja imigrasi di bandara. Jamaah lalu diarahkan mengambil koper yang sudah diambil dari roda berjalan lalu disusun oleh petugas.

Penyusunan koper didalam gedung bandara itu untuk mempermudah jamaah memilih koper meskipun kenyataannya tidak mudah juga karena warna koper semua sama, yakni oranye untuk jamaah gelombang pertama dan cokelat untuk gelombang kedua.

Gelombang pertama adalah jamaah yang setelah mendarat diarahkan ke Madinah dan gelombang kedua ke Mekkah.

Sejumlah jamaah yang kreatif memberi tanda tambahan seperti nama atau pita pada kopernya. Setelah menemukan kopernya, lalu dibawa ke alat pemindai, kemudian keluar dari gedung bandara.

Di halaman bandara koper diambil oleh petugas layanan haji Indonesia untuk dinaikkan ke gerobak pengangkut koper yang dioperasikan oleh porter bandara. Di sini koper tercampur kembali.

Di halaman bandara, koper diturunkan dan disusun ulang oleh Aldi dan teman-teman sementara jamaah beristirahat di halaman bandara, ke kamar kecil, shalat dan bagi gelombang kedua bersiap diri menggunakan ihram dan shalat sunat.

Di bagian ini peran Aldi dan petugas lainnya sangat menentukan. Mahasiswa di Universitas Al Fatah, Damaskus, Suriah itu menjelaskan ketiga cara menjejak koper agar tersebut agar sampai pada pemiliknya di Madinah atau Makkah.

Pertama, disusun berdasarkan nomer rombongan. Pada koper jamaah biasanya tertempel nama dan nomer rombongan.

Jika tidak ada maka disusun berdasarkan, pita. Biasanya satu rombongan memberi tanda tambahan berupa pita. jika tidak juga maka disusun berdasarkan urutan kursi.

\"Yang susah jika ketiganya tidak ada,\" kata mahasiswa asal Indralaya, Sumatera Selatan itu. Aldi dan teman- temannya terpaksa mencarinya di daftar penumpang dan dokumentasi lainnya lalu menjejaknya pelan-pelan.

\"Dampaknya, waktu yang semula cukup 15 menit menjadi satu jam,\" kata calon sarjana yang akan lulus tahun ini.

Ketika ditanya, bahwa ada sejumlah jamaah kerepotan karena koper tidak diterima di pemondokannya, Aldi mengatakan kemungkinan itu terjadi karena bus tidak berhenti pada tempatnya karena setiap koper diangkut bersama pemiliknya di bus yang sama.

\"Hingga kini kami belum menerima keluhan koper hilang karena koper diangkut dengan bis yang sama. Jika koper salah turun maka penumpangnya juga,\" kata Aldi.

Ketika ditanya, koper jamaah mana yang acap kali penuh dan berat, Aldi mengatakan umumnya koper dari Solo dan Surabaya. Dia menduga koper itu berisi beras, makanan, sambal hingga ulekan.

\"Jamaah mungkin menduga di Madinah atau Makkah tidak tersedia kebutuhan pokok meski kenyataannya semua kebutuhan lengkap disini,\" kata alumnus Pesantren Raudatul Ulum, Indralaya, Sumsel itu.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: