>

Harga Sawit Merangkak Naik

Harga Sawit Merangkak Naik

JAMBI- Harga tandan buah segar (TBS) sawit pada minggu keempat bulan Oktober tahun 2012 mulai merangkak naik. Apabila  sebelumnya harga rata-rata CPO sebesar Rp 5.797.78,  saat ini harga rata-rata CPO sebesar Rp 5.999.19.

            Naiknya  harga sawit ini diketahui setelah tim penetapan harga tandan buah segar sawit (TBS) menetapkan harga sawit periode 26 Oktober hingga 1 November 2012.

            Dari hasil penetapan tersebut diketahui harga rata-rata inti sawit yaitu sebesar Rp. 2.438.64 dan harga rata-rata CPO yaitu sebesar Rp. 5.999.19. Menguatnya harga sawit ini dikarenakan permintaan CPO dari negara konsumen mulai ada.

            “Permintaan sawit mulai datang dari Cina dan India, namun karena masih negosiasi harga, sejumlah sawit masih tertahan,” ujar Kabid Pengolahan dan Pemasaran Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Ir. Putri Rainun kepada Jambi Ekspres kemarin.

            Ia menjelaskan, perhitungan penetapan harga sawit yang sudah ditetapkan berdasarkan umur sawit, yaitu mulai dari umur 3 tahun hingga 10 tahun. Untuk harga terendah yaitu Rp. 960.71 per TBS sawit yang berumur 3 tahun dan Rp 1.214.30 per TBS untuk umur sawit 10 tahun. “Apabila dibandingkan dari minggu sebelumnya, harga sawit mulai naik sekitar Rp 100 lebih,” katanya.

            Adapun harga sawit berdasarkan umurnya yaitu untuk umur 3 tahun  Rp 960.71, umur 4 tahun  Rp. 1.013.40, umut 5 tahun Rp. 1.060.99, umur 6 tahun Rp. 1.106.06, umur 7 tahun Rp. 1.134.11. Kemudian,  umur 8  tahun Rp. 1.157.13, umur 9  tahun, Rp. 1.180.62  dan umur 10 tahun Rp 1.214.30.

            Dari perhitungan GAPKI, naiknya harga sawit akibat adanya permintaan dari negara pemasok sejak minggu lalu, hanya saja belum bisa diprediksikan kedepannya naiknya harga sawit akan bertambah menjadi berapa. “Kita tidak bisa memprediksi pasar global, namun bisa dilihat dari faktor pembelian,” sebut Putri Rainun.

Tren turunnya harga sawit beberapa waktu lalu pada dasarnya masih dipengaruhi oleh faktor utama yaitu karena adanya krisis Global di Eropa selaku pembeli sawit, transportasi yang sedikt masuk serta adanya kesepakatan negara pembeli untuk membatasi ekspor sawit. “Transportasi air yang masuk ke Jambi untuk mengangkut Sawit sangat sedikit, ini juga menjadi kendala kita,” tandasnya. (kar)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: