Pertamina Bangun Kilang Petrokimia

Pertamina Bangun Kilang Petrokimia

Senilai Rp 47,5 Triliun

JAKARTA - PT Pertamina (Persero) Tbk berencana membangun pabrik petrokimia dengan investasi USD 5 miliar (sekitar Rp 47,5 triliun) di tahun 2017. Pada saat pabrik itu beroperasi, Pertamina menargetkan penguasaan pangsa pasar petrokimia nasional hingga 30 persen.

“Setelah pabrik naphta cracker tersebut terbangun, kami menargetkan  dapat menguasai 30 persen pangsa pasar pada 2017,di mana pada saat itu pasar petrokimia nasional diperkirakan akan mencapai USD 30 miliar,” ujar Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina, Hanung Budya kemarin (12/12).

Pada tahap awal, Pertamina akan merealisasikan proyek pembangunan naphta cracker dengan kapasitas 1 juta ton per tahun dengan hasil produksi berbagai macam produk petrokimia yang dibutuhkan pasar. “Proyek tersebut diperkirakan akan memerlukan investasi tidak kurang dari USD 5 miliar,” sebutnya.

Kilang Naphta Cracker ini ditargetkan dapat beroperasi pada tahun 2017 dengan produksi ethylene 250 ribu ton pertahun, polyethylene 400 ribu ton pertahun, polypropylene 350 ribu ton pertahun, PVC 200 ribu ton pertahun. “Pertamina dan mitra akan melakukan feasibility study yang tuntas akhir 2013,” tambahnya.

Untuk mewujudkan rencana itu, Pertamina akan memilih salah satu dari tiga perusahaan petrokimia multinasional, yaitu SK Global Chemical, PTT Global Chemical, dan Mitsubishi Corporation untuk menjadi mitra. “Dalam empat bulan kedepan kita akan tetapkan salah satunya,\" kata dia.

Perusahaan yang memenuhi kriteria adalah yang memiliki kemampuan dan kekuatan di bidang teknologi, jaringan bisnis, dan finansial, sebagai mitra usaha patungan untuk pembangunan naphta cracker. “Peresmian pembangun kilang petrokimia ini akan dilakukan pada Desember 2013,\" lanjutnya

Dalam pengembangan usaha petrokimia ini, Pertamina menetapkan kepemilikan saham minimal dalam perusahaan patungan sebesar 51 persen. “Kita mendapat dukungan penuh dari pemerintah dan kami berkomitmen tinggi untuk merealisasikan proyek ini,\" tegasnya.

Proyek ini, lanjutnya, sebagai bentuk dukungan kepada pemerintah untuk mengurangi ketergantungan industri nasional terhadap impor petrokimia. “Saat ini, impor produk petrokimia ditaksir mencapai sekitar USD 5 miliar per tahun. Adapun, Pertamina sejauh ini baru memasok sekitar 10 persen dari total kebutuhan petrokimia nasional,” jelasnya.

(jpnn)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: