Delapan Klaster Konsumen Indonesia

Delapan Klaster Konsumen Indonesia

Proyeksi PDB Di Atas USD 20-630 Miliar

JAKARTA- Tak bisa dipungkiri, Jakarta saat ini masih menjadi episentrum geliat perekonomian Indonesia. Namun, dalam beberapa tahun mendatang, Surabaya diproyeksi menjadi sumber geliat ekonomi Indonesia yang tak kalah signifikan. Setelah itu, enam klaster (wilayah) lain akan menyusul.

Presiden Direktur McKinsey & Company Indonesia Arief Budiman mengatakan, pertumbuhan dan besaran ekonomi suatu wilayah berpengaruh signifikan pada daya beli konsumen. “Pada 2030, akan ada delapan klaster pasar dengan size (ukuran) ekonomi yang sangat besar di Indonesia,” ujarnya dalam laporan Indonesia Consumer Report kemarin (25/12).

Menurut Arief, saat perekonomian Indonesia memang masih didominasi oleh Jawa dan Sumatera. Karena itu, dari delapan klaster besar, enam diantaranya berada di dua pulau tersebut. Sedangkan dua klaster yang sangat dominan berada di Jawa, yakni Jakarta (meliputi Jabodetabek dan Bandung) dan Surabaya (meliputi Surabaya dan kota-kota di sekitarnya). “Jakarta dan Surabaya berada jauh di depan enam klaster lainnya,” katanya.

Laporan setebal 20 halaman dari konsultan ternama di dunia itu menyebut, pada 2030, nilai produk domestik bruto (PDB) klaster Jakarta diperkirakan bakal menembus angka USD 630 miliar (sekitar Rp 5.985 triliun). Lalu, PDB klaster Surabaya bakal mencapai USD 210 miliar (sekitar Rp 1.995 triliun).

Selanjutnya, PDB klaster Semarang (meliputi Semarang, Solo dan sekitarnya) bakal mencapai USD 40 miliar (sekitar Rp 380 triliun). Berikutnya, PDB klaster Medan (meliputi Medan dan sekitarnya), serta klaster Balikpapan di Kalimantan (meliputi Balikpapan dan sekitarnya) juga diproyeksi bakal mencapai USD 40 miliar.

Setelah itu, klaster Batam (meliputi Batam dan Pekanbaru), diproyeksi bakal memiliki PDB hingga USD 30 miliar (sekitar Rp 285 triliun) pada 2030. Lalu, satu klaster lagi di Sumatera, yakni Palembang (meliputi Palembang dan sekitarnya) serta klaster Makassar (meliputi Makassar dan sekitarnya di Sulawesi), diproyeksi bakal memiliki PDB masing-masing sebesar USD 20 miliar (sekitar Rp 190 triliun).

Menurut Arief, skema perkembang klaster di Indonesia, dinilai memiliki banyak kesamaan dengan Tiongkok. Keduanya merupakan negara yang dalam satu dekade terakhir juga mencatat kinerja pertumbuhan ekonomi yang mengesankan. “Pengalaman kami (McKinsey) di Cina (Tiongkok, Red) menunjukkan, klaster-klaster yang sudah besar akan makin membesar, lalu mulai terhubung dengan klaster-klaster lainnya. Ini membuat size ekonomi dan daya beli konsumen di klaster-klaster tersebut makin cepat membesar,” jelasnya.

Arief mengatakan, pemahaman terkait dengan klaster-klaster di Indonesia beserta proyeksi besaran pasarnya, harus menjadi acuan bagi perusahaan-perusahaan yang membidik pasar di wilayah Indonesia. “Sebab, masing-masing pasar di daerah memiliki karakteristik yang berbeda-beda,” ucapnya.

Sebelumnya, Chairman McKinsey Global Institute (MGI) Raoul Oberman mengatakan, selama ini banyak investor dan perusahaan di luar negeri yang masih memandang bahwa perekonomian Indonesia sangat Jakarta sentris atau sangat terpusat di Jakarta. “Itu mitos yang harus segera direvisi. Sebab, di luar Jakarta, banyak daerah yang pertumbuhan ekonominya luar biasa,” ujarnya.

(jpnn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: