Nasionalisme, Kejujuran dan Kesetiaan Seorang Habibie
(Catatan Penting Dalam Film Ainun dan Habibie)
Oleh : Drs. H. Navarin Karim, M.Si
Film-film klenik, roman picisan, melodrama, action, jenaka belakangan ini kurang diminati masyarakat Indonesia. Audience mulai haus dengan film-film berkualitas yang dapat memberikan pencerahan dan inspirasi. Buktinya di Jakarta ketika baru dua hari film Ainun dan Habibie diputar sudah dapat menyedot penonton lebih kurang satu juta orang. Bahkan Bapak H. Susilo Bambang yudhoyono (SBY) ditengah kesibukannya menyempatkan diri menonton film tersebut bersama pejabat teras partainya. Tak ketinggalan pula Gubernur kito : Bapak H. Hasan Basri Agus (HBA) beserta Sekda propinsi Jambi menonton pula film tersebut. Melihat antusiasme masyarakat tersebut, penulis tak ketinggalan menonton film tersebut sekaligus mengamati dan menganalisis beberapa keteladanan beliau yang dapat dicontoh. Ada tiga hal yang perlu dibahas, karena masalah ini semakin tergerus dalam diri masyarakat Indonesia. Demi materi orang berpaling nasionalismenya, kejujuran semakin ditinggalkan karena tidak tahan dengan godaan materi dan kesetiaan suami istri juga semakin diragukan, karena makin tingginya tingkat kawin cerai, poligami, selingkuh dan nikah siri.
Nasionalisme
Nasionalisme seorang Habibie baru-baru ini kembali dibicarakan karena salah seorang mantan Menteri Penerangan Malaysia (Datuk Zainudin Maidin) mengatakan beliau adalah penghianat yang mengakibatkan lepasnya pulau Timor-Timor dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurut penulis, beliau bukanlahlah penghianat, tetapi dalam rangka melaksanakan prinsip demokrasi secara proporsional sehingga beliau melakukan jajak pendapat (referendum). Dalam prinsip demokrasi pilar pertama dikemukakan ada pemilihan dan urutan kedua ada kebebasan. Jadi rakyat bebas memilih mau berintegrasi dengan Indonesia atau berpisah. Sedikit kelemahan beliau pada saat itu tidak melakukan action politik, misalnya ketika akan dilakukan jajak pendapat, bisa saja melalui optimalisasi persuasi dilakukan tim suksesnya membujuk masyarakat Timor-Timor untuk bergabung kembali ke Indonesia dengan janji-janji yang dapat menimbulkan rasa baru bagi rakyat Timor-Timor. Beliau beda dengan si Kancil (julukan almarhum Adam Malik) saat membujuk masyarakat Irian Barat (sekarang negeri Papua) agar mau bergabung dalam NKRI. Latar belakang science beliaulah yang membentuk karakter demikian, beliau bukan diplomat yang pandai bersiyasyah (bersilat lidah). Bagi beliau hanya ada ya dan tidak. Sikap itu kita lihat dalam film Ainun dan Habibie : bagaimana dia menolak tegas orang yang tadinya diperkenalkan presiden Soeharto kepada Habibie kemudian orang tersebut ingin menyogok dan melakukan intimidasi. Dia secara tegas menolak dan berani menerima resiko dari intimidasi tersebut. Seperti black campaign tentang kebijakan Indonesia memproduksi pesawat terbang. I must go on demi meningkatkan harkat martabat Indonesia dimata dunia, maka tahun 1995 produksi pesawat IPTN yang merupakan hasil karya putera bangsa Indonesia dapat terbang dengan mulus dan ketika itu dihadiri langsung oleh Presiden Indonesia ( Jenderal H. Soeharto). Bukti lain beliau sebagai penegak demokrasi adalah dia mampu menjungkir balikkan pendapat yang beranggapan pola otoriter akan berlanjut tidak terbukti, bahkan dia membuka demokrasi semakin luas dengan membebaskan pers untuk berekspresi dan kebijakannya yang sangat berani membebaskan tahanan politik. Oleh karena kebijakannya dalam penegakan demokrasi secara murni ini pulalah ia mendapat penghargaan dari dunia internasional sebagai a great national democracy. Kembali ke soal nationalisme Habibie, ketika baru menyelesaikan pendidikan S3 di bidang technologi pesawat terbang beliau melamar ke maskapai penerbangan Indonesia walaupun beliau sangat diperlukan oleh bangsa Jerman saat itu. Kenyataannya lamaran Habibie ditolak dengan alasan Indonesia belum mampu untuk membangun perusahaan kapal terbang, sehingga jika diterima ilmunya akan sia-sia. Setelah beberapa tahun beliau mengabdikan ilmunya di Jerman, namanya semakin berkibar di Internasional dan hal ini diketahui Presiden Soeharto, melalui Ibnu Sutowo selaku Kadubes Indonesia di Jerman waktu itu beliau diminta kembali ke Indonesia dan pemerintah mendukung gagasannya untuk membangun industri pesawat terbang. Dalam perjalanan waktu yang relative sangat singkat ia dipromosikan menjadi Menristek sekaligus memimpin Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), juga ditunjuk memimpin otoritas pembangunan pulau Batam. Seterusnya beliau mulai berkiprah di bidang politik dengan memimpin Ikatan Cendkiawan Muslim Indonesia (ICMI), setelah itu beliau dilantik menjadi wakil Presiden. Ketika terjadi resesi ekonomi dan reformasi di Indonesia, nilai rupiah begitu terpuruk, beliau sebagai Presiden mampu dalam waktu relative singkat dapat meningkatkan kembali nilai rupiah secara cepat. Sejak ia tidak lagi jadi Presiden karena laporan pertanggungjawabannya di tolak oleh MPR, maka tidak ada lagi keberlanjutan operasional IPTN. Ia nampak begitu terpukul karena ia dengan susah payah merintis dan dibiarkan sia-sia begitu saja, ketika dia tidak lagi berkuasa. Kekecewaan ini semua tergambar jelas dalam film Ainun dan Habibie.
Kejujuran
Kejujuran yang dipertontonkan oleh Habibie ketika beliau menolak sogokan diberi sepasang jam tangan mewah, sogokan uang bahkan godaan wanita. Beliau tetap mengedepankan obyektivitas rekanan kerjanya dengan meminta kelayakan proposal yang diajukan rekanan. Mungkin sebagian besar pejabat sekarang kesempatan mendapat sogokan ini tidak akan di sia-siakan, buktinya sebagian pejabat di era reformasi banyak yang terjebak dalam korupsi.
Kesetiaan
Beliau mempertontonkan kesetiaannya, walau dia terpisah dengan istrinya manakala sang istri bekerja di Jerman dan dia sudah mulai menjadi Menteri di Indonesia dan sekaligus memimpin IPTN tidak pernah terdengar issue Habibie selingkuh atau kawin siri. Beliau juga setia menemani istrinya operasi berkali-kali hingga ajal menjemput sang istri. Ia tidak mungkin berkhianat, ini tercermin dalam puisi yang ditulisnya untuk Ainun, salah satu baitnya berbunyi : aku sebenarnya mendua, tapi kamu yang mengajarkanku kesetiaan. Hingga sekarang (sudah dua tahun ditinggal istrinya) beliau tetap sendiri. Baginya Ainun adalah cinta pertama dan terakhir. Ia penganut setia prinsip first love is never die.
-----------------------------------
Penulis adalah dosen PNSD Kopertis Wilayah X dan Ketua STISIP Nurdin Hamzah, dan pernah membuat membuat opini dari film diantaranya : Analisa SWOT Laskar Pelangi dan Spontanitas Naga Bonar Jadi 2.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: