Pengusaha Ritel Kurang Daging

Pengusaha Ritel Kurang Daging

JAKARTA-Pengusaha ritel yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengalami kendala mendapat pasokan daging. Itu diungkapkan Wakil Sekjen Aprindo Satria Hamid. Ia berkata, sejak tiga bulan lalu pihaknya mengalami kekurangan pasokan daging 30 persen.

       \"Kami merupakan sektor hilir, kami yang paling dekat dengan konsumen. Jika daging langka dan harganya naik kami yang pertama kali mendengar keluhan konsumen,\" terangnya saat ditemui di Jakarta kemarin.

       Satria mengungkapkan, dalam sebulan, kebutuhannya sekitar 1.000-1.400 ton. Namun, yang terpenuhi hanya sekitar 700-900 ton. Tahun lalu, Aprindo membutuhkan pasokan daging 12.700 ton. Pasokan itu dibagi ke supermarket sebanyak 6.500 ton dan 6.200 ton ke hypermarket. Ia memprediksi kebutuhan daging tahun ini bakal naik 30 persen atau 17.160 ton. Kenaikan itu dihitung berdasar ekspansi para peritel, kenaikan konsumsi masyarakat akan daging dengan memperhitungkan tingkat perekonomian, dan ketersediaan untuk ekspatriat atau turis yang setiap tahun terus bertambah.

       Dengan adanya kekurangan pasokan itu, Satria mengungkapkan harga daging pun melambung di semua jenis. Konsumen pun mulai mengeluhkan hal itu. Ia berharap pemerintah segera membenahi tata niaga daging agar harga daging bisa kembali normal.

\"Yang paling penting kontinuitas pasokan harus terjaga agar pengusaha bisa terus menjual dan kebutuhan konsumen pun terpenuhi,\" terangnya.

       Ia tidak mempermasalahkan ketersediaan pasokan apakah bisa dipenuhi dari daging impor atau lokal. Sebab bagi peritel, yang paling penting adalah daging yang sesuai standar yang telah ditetapkan oleh masing-masing ritel.

       Selama ini, peritel mengaku sulit mendapatkan daging lokal yang berkualitas. Hal itu karena hanya sedikit rumah pemotongan hewan (RPH) yang bersertifikasi. Selain itu, hasil daging RPH tersebut berbentuk karkas (daging ternak yang telah disembelih dan dikuliti). Padahal yang dibutuhkan peritel adalah daging yang telah dipotong berdasar jenisnya. Ia berkata hanya ada beberapa RPH yang memiliki kemampuan itu. \"Yang terbesar hanya ada di Bogor dan Bali,\" imbuhnya.

(uma/dos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: