Saham Emiten Telekomunikasi
JAKARTA \" Industri telekomunikasi mulai menunjukkan tren kejenuhan. Itu juga berpengaruh pada proyeksi pelemahan perdagangan saham emiten telekomunikasi. Setidaknya pada semester pertama tahun ini.
Salah satu pendorong pelemahan saham telekomunikasi adalah tren indeks gabungan yang mulai memasuki zona merah. Pasalnya, saat ini rata-rata kinerja saham telekomunikasi berada di bawah kinerja indeks.
CEO PT Remax Capital Lucky Bayu Purnomo mengatakan, dibandingkan saham pada sektor yang sama di infrastruktur, kinerja industri telekomunikasi masih kalah jauh jika dibandingkan sektor properti. Pada sektor properti itu, pergerakan sahamnya berada di atas indeks harga saham gabungan (IHSG). \"Jika dilihat dari sektor infrastruktur secara keseluruhan, yang di dalamnya ada industri telekomunikasi, masih cenderung mengkhawatirkan dan rentan terjadi koreksi,\" paparnya kepada Jawa Pos kemarin (5/3).
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat setidaknya saat ini ada lima perusahaan telekomunikasi yang melantai di bursa. Antara lain PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan kapitalisasi pasar Rp 209,6 triliun, PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Indosat Tbk (ISAT) yang masing-masing memiliki kapitalisasi pasar pasar Rp 44,7 triliun dan Rp 35,3 triliun. Selain itu, ada emiten telekomuniasi dengan core business CDMA di antaranya PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) yang memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp 1,60 triliun, dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) dengan kapitalisasi pasar Rp 1,53 triliun.
Lucky menilai, kondisi IHSG ke depan berpotensi melemah setelah adanya rally panjang pada awal kuartal pertama 2013. Pelemahan tersebut didorong dengan rata-rata kondisi regional Asia yang melemah dan kondisi Eropa yang tidak memberikan efek positif terhadap bursa AS. Sementara, volatilitas IHSG sendiri sangat rentan dengan sentimen yang dihembuskan oleh bursa AS.
\"Pergerakan saham sektor telekomunikasi di bawah rata-rata IHSG tidak begitu menarik. Sehingga gampang terkena sentimen negatif. Apalagi saat ini sentimen paling besar adalah pemilu Eropa, yang bagus atau buruknya akan menekan bursa AS, dan berikutnya harga indeks tanah air,\" jelasnya.
Merujuk data lantai bursa, performa saham termahal masih dimiliki oleh TLKM dengan nilai di kisaran Rp 10.500 per lembar saham. Lalu saham ISAT dengan nilai sekitar Rp 6.000 per lembar saham, dan berikutnya EXCL dengan harga saham berkisar di angka Rp 5.300 per lembar saham.
Head Retail Capital Market Danareksa Securities Sujadi Darmotinojo mengatakan, pergerakan saham emiten telekomunikasi pun saat ini terlihat tidak diimbangi dengan fundamental bisnis masing-masing emiten. \"Misalnya TLKM yang tembus di atas 10.000 per saham, itu kondisinya lama tidak bergerak, ini sudah lebih tinggi dari rasio nilai sahamnya sudah tinggi dibandingkan industri\" terangnya.
Melihat kondisi tersebut, Sujadi menambahkan, volatilitas saham tekekomunikasi akan lebih menguntungkan para trader jangka pendek dibandingkan jangka panjang.
(gal/dos)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: