>

Sudah Tua, Patung Tuan Ma Diganti Yang Muda

Sudah Tua, Patung Tuan Ma Diganti Yang Muda

 Akhirnya, dua tahun lalu hadirlah Tuan Ma replika yang wajahnya tak lagi punya bekas retakan. Berbahan fiber, Tuan Ma kembali hadir menjadi lebih muda dan berwajah mulus dalam arak-arakan Semana Santa. Ya, Tuan Ma yang muda hanya ditampilkan dalam arak-arakan Jumat Agung yang mengelilingi kota. Yang ditakhtakan di Kapela Tuan Ma, yang diciumi umat dan peziarah dalam proses devosi, tetap Tuan Ma yang berumur 500 tahun.

 Setiap tahun, sebelum Kapela Tuan Ma dan Kapela Tuan Ana dibuka, dilakukan upacara Muda Tuan. Yakni, pembersihan kembali arca Tuan Ma dan peti Tuan Ana. Tim upacara itu terdiri atas sebelas orang plus Raja Don Marthinus. Mereka membersihkan patung dan merapikan isi peti hingga kembali layak untuk ditampilkan kepada umat yang sudah menunggu satu tahun. \"Tim tidak boleh menceritakan proses Muda Tuan. Tabu. Ada risikonya. Mereka bisa tertimpa musibah kalau mulut cerewet,\" kata Don Marthinus, raja ke-23 di Larantuka.

 Memang, selain sosok Tuan Ma, isi peti Tuan Ana juga misterius. Warga hanya yakin bahwa isi peti itu berkaitan dengan ornamen-ornamen yang mengingatkan umat tentang wafat dan sengsaranya Yesus. Apa saja detail isinya\" Entah. \"Tidak boleh disebutkan. Mata melihat, mulut tertutup. Mulut terbuka, badan pikul,\" ujar Don Marthinus, menyitir ungkapan setempat yang menekankan pentingnya kerahasiaan itu.

 Pada prosesi Semana Santa khas Larantuka tersebut dua benda \"keramat\" itulah yang menjadi pusat perhatian. Kehadiran merekalah yang ditunggu umat dan peziarah yang membanjir dari seluruh penjuru negeri.

 ***

 Prosesi yang dinanti warga dan peziarah dari seluruh Indonesia, juga luar negeri, akhirnya tiba pada Jumat Agung atau Sesta Vera, 29 Maret. Pada pagi hari peringatan wafat Isa Almasih itu diarak peti Tuan Menino, lambang kanak-kanak Yesus melalui Selat Gonsalus, melawan arus yang sedang deras.

 Lalu, malam harinya, ribuan umat dan peziarah berarak bersama patung Tuan Ma dan Tuan Ana yang pada siang harinya sudah ditakhtakan di Katedral Reinha Rosari.

 Malam itu arak-arakan begitu panjang. Satu jam setelah kepala arak-arakan keluar dari area katedral, ekornya baru muncul. Dalam suasana hening, tiap-tiap peziarah yang membawa lilin berjalan mengelilingi kota. Di kanan-kiri jalur perarakan itu terdapat nyala lilin yang dipasang pada pagar kayu. Larantuka pun berkelip-kelip.

 Peziarahan itu menyinggahi delapan armida (perhentian) yang melambangkan fragmen kehidupan Yesus sejak lahir hingga wafat. Salah satunya Armida Amu Tuan Missericordia yang menggambarkan kerinduan umat terhadap sosok penebus. Selanjutnya Armida Amu Tuan Meninu (kanak-kanak Yesus), Armida Amu Tuan Mesias Anak Allah (hidup dan karya Yesus), Armida Amu Tuan Trewa (Yesus dibelenggu), Armida Amu Tuan Yesus Tersalib, Armida Pohon Siri yang melambangkan Yesus dihukum mati, Armida Kuce (Yesus wafat), serta Armida Tuan Ana (Yesus diturunkan dari salib dan dimakamkan).

 Tradisi itu memang berbeda dengan liturgi (tata peribadatan) Katolik. Dalam via dolorosa (jalan kedukaan atau jalan salib) gereja, ada 14 perhentian yang melambangkan fragmen mulai Yesus dijatuhi hukuman mati hingga dimakamkan. Tapi, tradisi warga Larantuka itu dianggap Uskup Larantuka Mgr Fransiskus Kopong Kung Pr sebagai salah satu kekayaan iman. \"Yang penting, devosi umat jalan, tapi liturgi gereja juga tidak terganggu,\" katanya. Juga, salah satu tugas gereja, tambah dia, adalah memberi pengertian kepada umat bahwa religi tidak berhenti pada perarakan Tuan Ma dan Tuan Ana. Tugas beratnya adalah mewujudkan religi itu dalam kehidupan nyata.

 Malam itu Semana Santa memang menjadi cara warga Larantuka dan peziarah untuk mengenang wafatnya Yesus sebelum bangkit pada Minggu Paskah. Bersama Tuan Ma dan Tuan Ana, warga melakoni prosesi mati raga mengingat penderitaan Yesus. Penderitaan yang tampak pada syair ratapan yang terus-menerus didaraskan pada arak-arakan di bawah bulan purnama malam itu. O vos omnes qui transitis, per viam attendite et videte, si est dolor sicut dolor meus\" Wahai kamu sekalian yang melintasi jalan ini, adakah di antara kamu derita melebihi derita-Ku\"

(*/c11/nw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: