>

Manajemen Miskin dan Kaya Dalam Islam (1)

Manajemen Miskin dan Kaya Dalam Islam (1)

 

Orang seperti ini tidak bisa melihat bagai mana mungkin sejumlah rukun Islam bisa dilaksanakan dengan sempurna dengan kemiskinan. Melaksanakan haji, menyantuni orang-orang miskin dan terlantar, membangun fasilitas umum, misalnya, tidak mungkin dilaksanakan dengan kemiskinan pula. Dalam konteks ini, kaya justru menjadi sebuah yang niscaya.

 

Lebih lanjut, untuk berzakat, beramal jariah (wakaf), mengerjakan haji atau membangun fasilitas untuk bisa beribadah dengan baik, majid misalnya, tidak mungkin dilaksanakan atau disediakan jika tidak dengan kondisi keuangan yang memadai.

 

Kedua, golongan yang menganggap kemiskinan sebagai bencana dan ujian. Kemiskinan dan kekayaan adalah taqdir. Golongan ini sering disebut dengan golongan jabariyah dalam Islam atau fatalis dalam agama lain. Karena bagi mereka tidak satupun usaha yang dapat dilakukan untuk menghindarinya. Kemiskinan adalah taqdir yang harus diterima apa adanya.

 

Ketiga, golongan kapitalis yang menganggap kemiskinan sebagai bencana individual atau perorangan. Karena itu adalah tanggung jawab setiap pribadi untuk mengatasinya. Dalam sejarah Islam, simbol dari golongan ini adalah Qorun, dari kaum Nabi Musa. Bagi mereka sesungguhnya kekayaan yang mereka peroleh adalah hasil dari usaha dan kecerdasan mereka sendiri, tidak ada hubungannya dengan takdir.

 

Keempat, pendirian sosialisme Marxisme atau Isytirakiyyah marxiyyah. Golongan ini berpendapat bahwa kemiskinan adalah akibat dari adanya kehidupan borjuasi atau orang kaya. Prinsip hak milik individu tidak boleh ada dalam konsep kehidupan mereka. Karena itu untuk mengatasinya maka orang-orang kaya harus dimusnahkan lebih dahulu dengan menciptakan golongan buruh atau proletar. Golongan ini melakukan gerakan tertentu untuk selalu menentang golongan borjuasi. Prilaku oposisi terhadap pemerintah dan anti terhadap orang kaya seringkali menjadi bahan kampanye mereka.

 

Kelima, prinsip Islam. Islam menolak setiap prinsip dan pandangan di atas baik sebagian atau secara keseluruhan. Islam memandang bahwa kemiskinan dan kekayaan adalah realitas kehidupan yang merupakan gabungan dari usaha yang dilakukan dan taqdir yang ditentukan Tuhan. Islam mempunyai konsep cara memanej orang miskin dan orang kaya bukan menapikan atau menyalah salah satunya. Pengelolaan itu dilakukan melalui pelaksanaan zakat, infaq, shadaqah dan waqaf.

 

Tuhan membuka ruang untuk setiap orang menjadi kaya, tetapi setelah itu kekayaan dikelola oleh otoritas resmi untuk distribusikan dalam rangka menciptakan pemerataan dan keseimbangan. Tanggung jawab utama terletak pada otoritas resmi yang diberi amanah untuk membuat aturan tertentu sehingga harta yang berlebih pada orang yang beruntung bisa terdistribusikan dengan menggunakan sistem dan aturan agama atau negara.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: