89 Kloter Sudah Masuk ke Makkah

89 Kloter Sudah Masuk ke Makkah

MAKKAH- Pemerintah Kerajaan Arab Saudi telah menutup penerimaan calon jamaah haji dari seluruh dunia (closing date) tadi malam (9/10). Dengan penutupan itu para calon jamaah haji dipastikan sudah tidak bisa masuk lagi ke Makkah. Baik melalui jalur udara, darat, maupun laut. Polisi setempat akan melakukan screening di setiap wilayah perbatasan. \"

\"Setelah semua jamaah tiba di sini, mudah-mudahan semuanya lancar dan bisa menjalankan ibadah dengan baik,\" kata Dirjen Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah (PHU) Anggito Abimanyu di Kantor Urusan Haji Indonesia di Madinah kemarin.

      Data dari sistem informasi dan komputerisasi haji terpadu (Siskohat), enam kelompok terbang (kloter) yang masuk terakhir lewat Bbandara King Abdul Aziz Jeddah adalah Banjarmasin (BDJ) 13, Palembang (PLM) 17, Solo (SOC) 17, Surabaya (SUB) 64, Ujungpandang (UPG) 32, dan Medan (MES) 16. Kloter MES 16 paling akhir tiba di Jeddah tadi malam.

      Hingga pukul 14.30 Waktu Arab Saudi (WAS) atau pukul 18.30 WIB, total jamaah Indonesia yang sudah tiba di Arab Saudi ada sebanyak 156.301 jamaah (389 kloter). Dari total calon jamaah haji reguler yang terdaftar, terdata 135 orang yang tertunda dan 91 orang batal berangkat menunaikan ibadah haji itu.

      Jumalh jamaah wafat hingga kemarin ada 55 orang dan yang menjalani rawat inap 847 orang. Dari jumlah yang wafat itu terbanyak berasal dari Embarkasi Solo ada sebanyak 14 orang. Sebagian besar meninggal di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) ada 21 orang, pemondokan 10 orang, dan meninggal di masjid ada 6 orang. Mayoritas penyakit penyebab kematian adalah sistem sirkulasi seperti serangan jantung ada 34 orang. Mereka yang meninggal rata-rata di atas usia 60 tahun dengan jumlah ada 36 orang.

      Menurut Anggito, selain akan dibadalkan haji oleh pemerintah melalui tenaga yang dibiayai pemerintah, juga akan mendapat asuransi. Besarnya berkisar Rp 35 jutaan per orang. Namun, mereka yang meninggal di penerbangan juga mendapat asuransi tambahan dari maskapai bersangkutan. Besarnya sekitar Rp 100 jutaan. \"Nanti yang akan mengurus adalah ahli warisanya,\" katanya didampingi Kepala Daerah Kerja (Daker) Madinah Akhmad Djauhari.

      Lebih lanjut Anggito menambahkan, jika pada musim haji tahun ini, pihak Kemenag relatif membatasi calon jamaah berusia lanjut untuk berhaji, tahun depan kemungkinan akan kembali memprioritaskan mereka. Dengan demikian, mereka tidak masuk daftar tunggu terlalu lama. Misalnya, mereka yang sudah berusia 80 tahun. \"Kebijakan itu seperti kita terapkab pada tahun kemarin,\" ujarnya.

      Menyangkut tuntutan tambahan kuota seperti telah disampaikan Menteri Agama Suryadharma Ali ke Sekjen Organisasi Konferensi Islam (OKI), Anggito juga berharap bisa terwujud. Namun, kepastinya tentu akan menunggu pembahasan-pembahasan lebih lanjut. \"Yang jelas, pertemuan dengan OKI itu baru pertama kali kita lakukan. Mudah-mudahan hasilnya positif,\" ungkap alumnus UGM Jogjakarta itu.

      Sementara itu, jumlah jamaah yang mengalami gangguan jiwa sejauh ini sudah lebih dari 40 orang. Menurut Kepala Bidang Kesehatan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Dr Fidiansjah mengatakan, dalam setiap musim haji, angka gangguan jiwa berkisar dua hingga tiga per mil. \"Jadi, kalau jamaah haji kita ada 160 ribu, maka diperkirakan ada sekitar 320 \" 480 kasus yang membutuhkan penanggulangan gangguan jiwa,\" katanya.

      Angka tersebut memang terlihat relatif kecil dari jumlah jamaah. Namun, kata dia, mengurus 300 \" 400 orang dengan gangguan jiwa seperti itu lebih merepotkan daripada mereka yang mengalami gangguan fisik. \"Orang dengan gangguan jiwa, dia tidak bisa diam, terus mencoba beraktivitas, aktivitasnya mengganggu, dan akhirnya merepotkan. Baik untuk jamaah di kloternya maupun jamaah di tempat perawatan,\" jelasnya.

      Kata Fidiansjah, penanggulangan jamaah yang mengalami gangguan jiwa berat adalah dengan cara mengisolasi. Selain itu, pemberian injeksi jangka panjang. Cukup dengan disuntik satu kali, tetapi akan terpapar dan bekerjanya selama satu bulan. \"Dengan begitu, keamanan terhadap kebutuhan obat tertanggulangi dengan suntikan jangka panjang,\" kata Fidiansjah.

      Terjadinya gangguan itu menyangkut proses adaptasi dan faktor usia. Selama operasional haji di Arab Saudi, jamaah akan menghadapi perubahan situasi yang tidak mereka alami di Tanah Air. Perubahan itu, misalnya, tidur dengan teman sekamar yang mempunyai kebiasaan berbeda. \"Satu terbiasa dengan AC, yang lain tidak. Satu terbiasa tidur dalam keadaan gelap, yang lain terang,\" paparnya.

      Kata Fidiansjah, perubahan kebiasan itu kelihatannya sederhana. Tapi, bagi orang yang tidak mempunyai daya adaptasi baik, akan menyebabkan daya tahannya menjadi terganggu. Dampaknya, bisa menjadi stress, cemas, depresi, bahkan yang paling parah adalah terganggu daya berfikir. \"Nah, inilah yang harus dipersiapkan sejak dini,\" katanya.

(hud)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: