Perlu Papan Petunjuk Berbahasa Indonesia

Perlu Papan Petunjuk Berbahasa Indonesia

MENTERI Agama (Menag) Suryadharma Ali sudah beberapa kali  mengusulkan kepada pemerintah Arab Saudi agar diizinkan untuk memasang papan petunjuk berbahasa Indonesia. Apalagi jamaah haji dari Indonesia termasuk terbanyak.

            “Namun, usulan kami belum dikabulkan, alasannya sudah ada Bahasa Melayu. Padahal Bahasa Melayu kan berbeda dengan Bahasa Indonesia,” ujar Menag saat mengunjungi Media Center Haji di Daerah Kerja (Daker) Makkah, Rabu (16/10).

            Pernyataan Menag yang juga Amirul Haj itu sekaligus menanggapi banyaknya jamaah haji Indonesia yang tersesat setelah mabit (bermalam) di Mina pasca melempar jumrah di Jamarat.

            Menag mengakui, lokasi Jamarat sekarang memang cukup membingungkan. Jangankan, jamaah haji yang baru sekali datang, mereka yang sudah berkali-kali pun sering harus menghafal lebih dulu, karena lokasinya sekarang banyak perbedaan, terutama adanya beberapa terowongan baru.

            Menurut Menag, petunjuk berbahasa Indonesia itu sebenarnya cukup membantu, terutama di lokasi-lokasi strategis seperti Jamarat, Masjidil Haram, Mina, dan Arafah.  Sebab, di tempat-tempat itu, jamaah sering merasa bingung. Namun, usulan untuk membuat papan petunjuk berbahasa Indonesia belum direspons oleh Pemerintah Arab Saudi.

Padahal, kata Menag, seharusnya Pemerintah Arab Saudi memberikan prioritas kepada jamaah haji Indonesia, karena jamaah haji  Indonesia termasuk paling banyak. “Kami akan terus melobi, agar upaya ini bisa dipenuhi,” ujar Menteri.

Sementara itu jamaah haji reguler yang diberangkatkan berjumlah 156.466 orang dari 387 kloter. Adapun jamaah haji khusus yang  diberangkatkan berjumlah 13.554 orang dari 223 PIHK.

Hal ini disampaikan Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU), Anggito Abimayu usai wukuf di Arafah, serta mabit di Muzdalifah dan Mina. “99 persen dari total kuota jamaah pasca pemotongan 20 persen telah terisi,” kata Anggito.

Tahun 2013, Indonesia awalnya mendapatkan kuota sebanyak 196.419 jamaah haji reguler. Pada bulan Juni, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi memutuskan untuk melakukan pemotongan sebesar 20 persen sehingga kuota haji Indonesia tersisa 157.070.

Total 603 kuota jamaah haji Indonesia yang tidak terisi itu tersebar pada jamaah yang berasal dari embarkasi Jakarta – Bekasi (JKS), Solo (SOC), dan Surabaya (SUB).

Adapun kuota jamaah haji khusus yang tidak terisi berjumlah 36 dari total kuota sebanyak 13.600 orang. Artinya, sampai akhir pemberangkatan, total jamaah haji khusus yang diberangkatkan ke Arab Saudi berjumlah 13.544. “Jadi pengisian kuota tahun ini lebih bagus dari tahun lalu,” tegas Anggito.

(kr/mkd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: