Paris Kota Pencopet, Jerman Negeri Habibi
Catatan Perjalanan Guru Favorit Jambi Ekspres ke Eropa (8-Habis)
Sangat beruntung, tak hanya Belanda, Guru Favorit Jambi Ekspres 2013 juga telah mendapat kesempatan berharga mengunjungi lima negara lain yaitu Belgia, Jerman, Luxembourg dan Perancis. Setiap negara telah memberi pelajaran berbeda bagi kami semua.
DONA PISCESIKA – Paris
SETELAH Belanda dan Belgia, tujuan negara selanjutnya yang akan dikunjungi Guru Favorit Jambi Ekspres 2013 adalah Perancis. Bukan sekadar jalan-jalan, kedatangan Guru Favorit Jambi Ekspres 2013 telah dinanti pula oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Perancis di Kota Paris, ibukota negara Perancis. Di KBRI, kami juga banyak diberi pencerahan tentang bagaimana pendidikan di negara Perancis.
Awal memasuki Kota Paris, sungguh terasa perbedaannya dengan negeri lain yang telah lebih dahulu kami kunjungi. Paris seperti sering diberitakan, merupakan kota mode dengan penduduk yang modis dan gaya. Sebenarnya agak sulit membedakan mana bule yang modis dan mana yang bukan, wajah orang Eropa sama cantik dan gantengnya, semua berkulit putih dan hidung mancungnya. Namun di Paris, wajah bule terasa agak berbeda. Para perempuan lebih modis di Paris, biasanya mengenakan bedak yang tebal dan make up yang lebih menor, seperti di ukir wajahnya. Agak mirip di Jambi, orang modis dandanannya lebih tertata, dan sedikit menonjol.
Pakaian perempuan Paris juga sedikit norak dibanding dandanan orang Belanda atau Belgia. Di Paris, cuaca yang dinginnya minta ampun, 2 derajat celcius, masih bisa ditemukan perempuan berstocking tipis dan pake rok mini lalu lalang. Menurut Gita, tourguide kami di Kota Paris, orang Perancis juga punya hobi nongkrong di kafe. Meja-meja di kafe biasanya sengaja dihadapkan ke jalan raya. “Tujuannya, agar ketika sedang nongkrong bisa melihat orang yang lewat dan bisa dilihat oleh orang yang sedang lalu lalang, orang Paris itu narsis, suka menonjolkan diri dan pamer,” ujar perempuan keturunan Jawa-Perancis ini.
Gaya hidup masyarakat Paris juga cenderung tinggi, banyak tersedia kafe dan pusat perbelanjaan yang menawarkan produk bermerek ternama dunia.
Kondisi lalu lintas di Paris juga tak sama dengan Den Haag, Amsterdam atau Brussels, Paris lebih mirip Jakarta. Malam kedatangan kami di Paris, langsung disambut kemacetan yang luar biasa. Di sini, sedikit sekali masyarakat yang menggunakan sepeda, kebanyakan menggunakan motor, mobil, metro atau kereta bawah tanah. Di Paris juga, kami banyak menemukan mobil-mobil mewah lalu lalang dengan pengendara yang modis. Mobil seperti Ferari, Jaguar dan lainnya, banyak sekali, rata-rata pengendaranya adalah pria berpakaian perlente.
Bagaimana dengan keamanan? Paris bukanlah kota yang bersahabat bagi wisatawan. Di sini banyak sekali pencopet, lebih pas disebut sebagai Kota Pencopet. Cara kerja copet Paris sangat terasah. Biasanya mereka akan menggerubungi calon mangsanya dengan mengalihkan perhatian. Secepat kilat, dompet atau berharga lainnya bisa hilang. Copet Kota Paris sangat suka wisatawan asal Asia, karena turis Asia suka membawa uang tunai Euro dalam jumlah banyak.
Selama dua hari di Paris, sedikitnya ada empat orang dalam group kami yang hampir kecopetan. Ramaili GF dari Kota Bungo, saat berada di atas metro, kunci tas ranselnya dibuka oleh seseorang, beruntung lekas sadar dan tak satupun ada yang hilang. Roza Hasri, GF asal Kota Sungai Penuh, tas nya terbuka dan digaruk tangan pencopet saat berada di toilet menara eifel. Varina Utami dari tim Jambi Ekspres, kehilangan kamera Canon D6000 di restoran Ibis Hotel Paris, dan parahnya, Saya pun termasuk sebagai korban copet di Kota Paris. Dua kartu ATM, uang Rupiah dan sedikit Euro saya, serta Passpor, hilang bersamaan dengan dompet yang sudah saya kunci rapat di dalam tas.
Beruntung, KBRI Perancis membantu pembuatan passport baru, meski sebelumnya harus lelah sekali berurusan dengan Kantor Polisi Paris untuk membuat laporan dan meminta surat keterangan kehilangan sebagai syarat pengeluaran Passport baru. Paris benar-benar menjengkelkan kami. Beruntung, rasa jengkel itu sedikit terobati saat mendapat banyak ilmu terkait pendidikan dari KBRI Perancis, dan berkesempatan mengunjungi tempat-tempat fenomena di Paris seperti menara Eifel, gerbang kemerdekaan dan banyak lainnya.
Tak lama di Paris, hari kedua kami melanjutkan perjalanan ke Jerman. Sebelum ke Jerman kami menyinggahi sebentar Kota Luxembourg, negara terkecil yang ada di Eropa Barat. Di sini, lebih mirip kabupaten ketimbang negara. Kotanya sangat kecil, tidak terlalu ramai. Suasanannya sangat damai, sepi dan memiliki kawah-kawah yang tinggi menjulang. Tidak menginap, kami hanya singgah untuk makan siang lalu mendengar penjelasan tourguide dan berkeliling sebentar di kota ini.
Malam harinya, kami pun sampai di Aachen, salah satu kota di Jerman. Ini kota yang sangat romantis, banyak pasangan lalu lalang berduaan dan bergandengan, masyarakatnya ramah, suasananya nyaman dan sangat aman. Di sini, juga banyak pelajar asal Indonesia. Bahkan saat berkeliling Kota Aachen, kami banyak dibantu oleh mahasiswa Indonesia. Mereka merokemendasikan merek coklat terbaik asal Jerman. Aachen merupakan kota bersejarah mantan orang nomer satu RI, Bapak BJ Habibie, merupakan kota tempat Habibi bersekolah dahulu. Tak bisa berlama-lama, perjalanan kami pun akhirnya dilanjutkan ke Amsterdam, besok pukul 09:00 Pagi, rombongan Guru Favorit Jambi Ekspres 2013 sudah harus berada di Schiphol Airport, melakukan penerbangan menuju Jakarta. Terimakasih Eropa, telah memberi banyak pelajaran hidup bagi kami semua. Terimakasih pula untuk semua Guru Favorit Jambi Ekspres 2013. Semoga perjalanan ini memberi makna dan manfaat yang besar bagi kehidupan dan kemajuan pendidikan di Jambi nantinya. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: