Yusril Ihza Umbar Kemampuan Diri
JAKARTA - Ketua Dewan Syuro PBB Yusril Ihza Mahendra benar-benar teguh dengan niatnya maju sebagai calon presiden pada pada Pemilu 2014.
“Saya ingin maju karena saya mengerti persoalan-persoalan fundamental. Saya juga tahu cara menyelesaikannya,” ujar Yusril ketika menyampaikan visi misi dalam debat publik pertama Konvensi Capres Rakyat di Aula Balai Adika Hotel Majapahit Surabaya (Minggu, 5/1).
Persoalan fundamental bangsa dan negara yang dimaksud Yusril adalah keadilan dan kepastian hukum. Keadilan dan kepastian hukum, katanya, harus ditegakkan. “Saya tahu bagaimana melaksanakan dan bagaimana menegakkan keadilan dan hukum,” kata Yusril.
Yusril menekankan bahwa membangun harga diri bangsa, berdaulat dan maju adalah tugas pemimpin. Indonesia bisa menjadi bangsa yang maju, berdaulat seperti dicita-citakan para pendiri bangsa sangat sederhana. Harus dipimpin oleh orang cerdas.
“Pemimpin harus punya kecerdasan lebih dari rakyat yang dipimpinnya. Kalau cuma jadi penyambung lidah rakyat, rakyatnya bodoh maka jadi penyambung kebodohan,” sebutnya.
Menurut Yusril, seorang pemimpin harus punya gagasan yang mendahului zamannya, bukan yang ada di zaman dia berkuasa. Selain harus memiliki gagasan yang jauh ke depan, pemimpin juga harus berani menghadapi resiko tidak populer karena keputusaannya dinilai buruk oleh banyak orang.
“Biarpun keputusannya di awal-awal dikecam, akan disalahkan, tetapi waktulah yang menentukan. Nanti rakyat akan tahu keputusan itu benar. Saya salah satu orang diantara jenis ini. Sering bicara tidak populer, tidak dipikirkan orang banyak tapi orang kemudian tercengang. Oh, kok bisa,” imbuhnya.
Debat publik pertama Konvensi Capres Rakyat berlangsung meriah. Debat menghadirkan tiga panelis. Gurubesar politik Unair yang juga mantan komisioner KPU Prof. DR Ramlan Surbakti, Gurubesar politik Universitas Parahyangan Bandung Prof. Asep Warlan Yusuf, Dr. Rjuk Kastriadi dan pengajar ekonomi Unair, Dr. Tjuk Kastriadi.
Adapun tujuh peserta konvensi yakni, tokoh perempuan Anni Iwasaki, Bupati Kutai Timur Isran Noor, pengusaha Ricky Sutanto, Menteri Perekonomian era Pemerintahan Abdurrahman Wahid Rizal Ramli, Ketua Dewan Syuro PBB Yusril Ihza Mahendra, Rektor UNiversitas Islam Eropa Sofjan Siregar, dan aktivis HAM Tony Ardi.
(jpnn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: