Setelah Direnovasi, Kini Menjadi Kantor Bank

 Setelah Direnovasi, Kini Menjadi Kantor Bank

 Selain Usman dan Harun, sebenarnya ada seorang tentara KKO lain yang ikut mengebom gedung TMH. Prajurit bernama Gani itu berhasil lolos dari maut dan kembali ke Indonesia hingga kini tidak diketahui keberadaannya.

 Sementara itu, gedung TMH kini telah direnovasi menjadi kantor bank yang sibuk. Anehnya, ketika Jawa Pos menanyakan sejarah gedung itu, tidak ada karyawan bank tersebut yang tahu. \"This is bank, not historical building (Ini bank, bukan gedung bersejarah, Red),\" ucap seorang karyawan yang enggan diketahui identitasnya kemarin (12/2).

 Cerita pengeboman itu, tampaknya, mulai dilupakan warga Singapura. Terutama oleh generasi muda mereka. Khairul, 22, mengaku tidak tahu pasti sejarah gedung tersebut. Ketika dikatakan bahwa gedung itu pernah dibom, dia menggeleng.

 \"Setahu saya gedung itu pernah terbakar. Tidak dibom,\" tuturnya saat ditemui di taman dekat TMH.

 Khairul mengakui dirinya tidak mendapat pelajaran sejarah negaranya secara detail. Tidak heran jika dia tidak banyak tahu peristiwa-peristiwa bersejarah di negaranya. \"Setahu saya, ada info bahwa gedung ini akan dirobohkan. Tapi, saya tidak tahu kapan,\" katanya.

 Hal senada diungkapkan Alkina, petugas MRT (mass rapid transit) yang beroperasi di kawasan Orchard Road. \"Memang, saya tahu gedung itu pernah dibom. Tapi, saya tidak tahu pasti peristiwanya karena saat itu saya belum lahir,\" ujar pria 34 tahun tersebut.

 Tapi, lain lagi yang disampaikan Wo Yunnos. Pria paro baya itu mengungkapkan, saat bom jatuh di TMH, terjadi kepanikan. Warga semburat menyelamatkan diri. Menurut dia, peristiwa tersebut telah menjadi bagian dari sejarah Singapura.

 Yunnos menyatakan, masyarakat Singapura tidak marah atas tragedi itu apalagi sampai dendam kepada masyarakat Indonesia. Sebab, masyarakat Singapura dan Indonesia sudah berpuluh tahun menjalin hubungan yang baik. Dia mencontohkan beberapa temannya yang memiliki pembantu rumah tangga atau pengasuh bayi asal Indonesia.

 Ketika diceritakan bahwa peristiwa itu menghangat di media-media Indonesia setelah Singapura memprotes penamaan KRI Usman-Harun, Yunnos terkejut. Dia mengakui, beberapa media Singapura juga menurunkan berita itu. Salah satunya The Straits Times. \"Tapi, kami tidak merasa geram atas masalah itu. Ini politis,\" ujarnya.

 Catatan kelam mengenai pengeboman gedung TMH tersebut tidak mudah diperoleh. Di museum pemadam kebakaran di pusat kota Singapura, sama sekali tidak ada catatan tentang sejarah tersebut.

 Menurut salah seorang petugas museum, 1960-an merupakan tahun-tahun terakhir Singapura menjadi bagian dari Malaysia. \"Sayangnya, dokumentasi tentang peristiwa pengeboman itu telah dibawa ke London.\"

Peristiwa pengeboman gedung TMH itu membuat pemerintah Singapura murka. Mereka memburu para pengebom dan memblokade semua jalur laut keluar dari Singapura. Setelah tiga tahun diburu, Usman dan Harun ditangkap di perairan Singapura setelah kapal motor yang mereka tumpangi mogok. Keduanya diadili dan dijatuhi hukuman mati. Pada 17 Oktober 1968 subuh dua prajurit pemberani itu dieksekusi di tiang gantungan.

 Dua prajurit tersebut langsung mendapatkan dua gelar yang bertolak belakang. Presiden Soeharto kala itu langsung memberikan gelar pahlawan kepada mereka. Kedatangan dua jenazah di Bandara Kemayoran disambut ribuan warga dengan isak tangis.

 Sebaliknya, bagi Singapura, Usman dan Harun adalah teroris. Mereka membawa luka bagi masyarakat Singapura. Pada 1973 polemik Usman dan Harun ditutup setelah PM Singapura Lee Kwan Yew berkunjung ke Indonesia. Bahkan, Lee sempat berziarah dan menabur bunga di makam Usman dan Harun di TMP Kalibata.

 Namun, awal Februari 2014 Singapura melayangkan nota protes kepada Menlu Marty Natalegawa. Mereka berkeberatan dengan penamaan Usman dan Harun untuk KRI anyar milik TNI-AL yang tahun ini akan didatangkan dari Inggris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: