Korsleting, Arsenal TNI AL Meledak
Hingga semalam, jumlah korban mencapai 87 orang. Satu di antaranya meninggal dunia, bernama Sertu Imam Syafei. Dia mengalami luka bakar di leher dan sejumlah luka dalam. Selebihnya luka-luka, dan beberapa di antaranya merupakan PNS TNI AL yang berdinas di Kopaska. Rata-rata luka berupa patah tulang, sobek, kepala bocor, hingga tertembus serpihan peluru.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul menambahkan, dugaan sementara meledaknya gudang amunisi milik TNI AL sekitar pukul 10.30 WIB kemarin disebabkan oleh adanya arus pendek. \"Ada kejadian kebarakan, lalu seluruh anggota datang ke lokasi di Pondok Dayung yang merupakan markas Komando Pasukan Katak (Kopaska),\" kata Iskandar di RSAL dr Mintohardjo, Jakarta, kemarin.
Hal tersebut juga menjadi sebab banyaknya korban akibat ledakan tersebut yang rata-rata merupakan anggota aktif TNI AL. \"Begitu mereka mau madamkan api, tiba-tiba gudang meledak. Akhirnya korban banyak. Jumlah korban berkembang dari 25 orang menjadi 44 orang, selanjutnya korban dari ledakan ini dipastikan 87 orang,\" papar jenderal TNI bintang dua tersebut.
Rata-rata luka yang diderita para korban berasal dari serpihan kaca, kayu, genteng, dan amunisi yang terlontar akibat ledakan. \"Korban, semuanya rata-rata karena terkena pecahan genteng, kayu kusen, dan pecahan kaca. Ada juga yang terkena kepala dan perut,\" ucap Iskandar.
Seluruh korban selanjutnya langsung dilarikan ke lima rumah sakit, yaitu RSAL dr Mintohardjo, RSPAD Gatot Subroto, RS Pelabuhan, RS Sukmul, dan RSUD Koja. \"Kita sangat prihatin ada korban meninggal Sertu Iman, dan satu lagi di dirawat di ICU. Mohon doa teman media dan masyarakat agar jangan bertambah korbannya,\" ujarnya.
Sementara itu, korban dari pihak sipil dinyatakan nihil. Iskandar menjelaskan bahwa lokasi gudang amunisi tersebut jauh dari permukiman penduduk dan merupakan kawasan terbatas. \"Pondok Dayung merupakan lokasi sendiri, tempatnya latihan Kopaska dan fasilitas pemeliharaan kapal dan patroli,\" terangnya.
Hal senada dikatakan KSAL Laksamana TNI Marsetio menurut dia, ledakan terjadi setelah para prajurit berkumpul untuk memadamkan api di gudang tersebut. \"Kejadian (ledakan) murni kecelakaan, tidak ada unsur sabotase,\" ujarnya usai menjenguk para prajurit Paska yang dirawat di RSAL dr Mintorahardjo.
Menurut dia, gudang tersebut menyimpan sejumlah amunisi. Baik berupa pistol, senpi laras panjang dan pendek, granat, hingga amunisi kapal yang sedang docking. \"Dan ada TNT, itu yg menjadi ledakan besar,\" tuturnya. Meski begitu, Marsetio tidak bisa memastikan berapa banyak amunisi yang disimpan di sana.
Di lokasi kekjadian, Kadispenal Laksamana Pertama TNI Untung Suropati mengatakan jika peristiwa tersebut mirip kejadian pada 1984. Yakni, saat gudang amunisi di kawasan Cilandak, Jaksel, meledak. Namun, kejadian kala itu sangat dahsyat karena dampaknya hampir merata di seluruh Jakarta.
Sedangkan, kejadian kemarin meski tidak sedahsyat 1984, tetap membawa dampak signifikan. \"10 bangunan di radius 100 meter rusak, bahkan ada yang atapnya beterbangan,\" ujarnya. Diperkirakan kerusakan bangunan-bangunan tersebut mencapai 90 persen. Itu merupakan efek langsung.
Sedangkan, efek tidak langsungnya adalah gudang dan kantor di kompleks tersebut. bahkan, ada beton sepanjang dua meter yang sempat melayang akibat ledakan. Pengamatan Jawa Pos (Induk Jambi Ekspres, red), kantor Lantamal III yang dipisahkan selat selebar 100 meter dari pulau juga terkena dampak.
Sejumlah kaca di gedung-gedung kompleks lantamal III pecah. \"Getarannya terasa sampai Kolinlamil,\" ujar salah seorang prajurit di dermaga Lantamal III. Lokasi yang dimaksud berjarak sekitar tujuh kilometer dari pulau tersebut.
Untung mengatakan, Gudang tersebut dibagi dalam beberapa sekat. Mulai kelas senapan, senjata genggam, granat, hingga senjata dengan caliber yang lebih besar. Tidak ada amunisi kelas berat yang disimpan di sana. TNI AL memiliki gudang lain yang memang khusus untuk menyimpan amunisi kelas berat.
Dia memastikan tidak ada korban yang berasal dari luar lingkungan TNI AL. Sebab, pulau tersebut memang tidak bisa dimasuki siapapun selain Kopaska dan Ditpolair. Masyarakat umum tidak diberi akses masuk karena kompleks tersebut merupakan area latihan militer yang harus steril dari aktivitas masyarakat sipil.
Alumnus US Naval War College 2009 itu menambahkan, penetapan zona bahaya akan berlangsung hingga tiga hari ke depan. Pihaknya bekerjasama dengan Puslabfor Mabes Polri untuk memastikan penyebab kebakaran dan ledakan. Kerugian akibat ledakan juga belum bisa dipastikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: