Kemungkinan Hanya Tiga Pasangan Capres
JAKARTA – Direktur Riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) Djayadi Hanan menyatakan, kemungkinan hanya ada tiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden. Hal ini berdasarkan pada asumsi bahwa tiga partai terbesar menjadi pusat atau poros koalisi.
\"Bertumpu pada asumsi bahwa tiga partai terbesar yang menjadi poros koalisi maka hanya ada kemungkinan tiga pasangan capres dan cawapres,\" kata Djayadi dalam diskusi di Cikini, Jakarta, Minggu (13/4).
Djayadi menyatakan, tiga nama yang akan maju menjadi capres adalah Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto, dan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical.
Dari tiga nama itu, menurut Djayadi, yang paling diminati untuk dipilih sebagai presiden adalah Jokowi. Capres yang diusung PDI Perjuangan itu mempunyai tingkat keterpilihan sebesar 51,8 persen.
\"Jokowi 51,8 persen. Sedangkan Prabowo Subianto 22,5 persen dan Aburizal Bakrie 11,0 persen,\" ujar Djayadi.
Namun demikian, Djayadi mengatakan, masih mungkin ada pasangan keempat. \"Tapi masih mungkin ada yang keempat kalau melihat jumlah kursi,\" ucapnya.
Menurut Djayadi, banyak faktor yang menyebabkan terbentuk suatu koalisi atau tidak. Di antaranya adalah kekuatan elektoral, kursi, dan potensi elektabilitas calon.
Selain itu, Djayadi menambahkan, basis massa, aspek personal pimpinan elit partai dan calon, serta tujuan koalisi. \"Hal ini mempengaruhi terbentuk tidaknya koalisi,\" tandasnya.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, PDI Perjuangan tidak akan menggandeng Jusuf Kalla alias JK menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo alias Jokowi yang diusung PDIP sebagai capres.
Sebab, menurut Djayadi, figur JK diperkirakan bisa menenggelamkan peran Jokowi dalam pemerintahan. \"Figur JK akan didrop. Mereka akan cari figur lain,\" kata Djayadi dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta, Minggu (13/4).
Djayadi menjelaskan, PDI Perjuangan tidak ingin kejadian di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan JK terulang. Saat itu, JK terlihat lebih memegang kendali dibanding SBY.
Namun, kata Djayadi, JK sesungguhnya calon yang paling tepat untuk Jokowi karena memililiki pengalaman nasional dan internasional. Selain itu, latar belakang ekonomi JK juga bisa melengkapi Jokowi.
\"Harusnya memang ada yang seperti JK, yang get things done. Yang manage, merumuskan kebijakan dengan cepat, tegas dan berani,\" tandas Djayadi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: