Nonton VIP Bareng Lion King dan Keluarga Nairo Quintana
Jalur finis lomba berada di sisi laut. Memberikan pemandangan spektakuler. Bangunan-bangunan penting bersejarah di satu sisi, laut dan kapal-kapal pesiar di sisi lain.
Kami pun berpencar mencari makan siang. Kemudian menyebar lagi di kawasan festival lomba. Lagi-lagi mengunjungi stan-stan merchandise untuk belanja suvenir dan oleh-oleh.
Makin lama, makin banyak orang yang memenuhi lapangan luas tempat festival berlangsung. Khususnya di depan panggung besar, yang terus memainkan musik dan games-games. Lama-kelamaan jadi penuh sesak. Suasananya seperti konser musik rock di tengah alun-alun.
Hari itu banyak sekali bendera Kolombia berkibar. Banyak sekali pengunjung mengenakan kaus kuning seragam sepak bola Kolombia. Ini wajar, mengingat Giro d’Italia kali ini seperti menjadi ajang pamer Kolombia. Memasuki etape terakhir itu, praktis semua gelar sudah ditentukan. Dan, mayoritas diborong pembalap Kolombia.
Nairo Quintana adalah orang Kolombia pertama yang memenangi Giro d’Italia, merebut pink jersey bersama Tim Movistar Spanyol. Di belakangnya, Rigoberto Uran (Omega Pharma-QuickStep), juga asal Kolombia, meraih posisi runner-up di Giro untuk tahun kedua berturut-turut.
Julian Arredondo (Trek Factory Racing), lagi-lagi dari Kolombia, merebut blue jersey sebagai King of the Mountain (raja tanjakan).
Quintana, yang baru berusia 24 tahun, juga mengamankan white jersey sebagai pembalap muda terbaik.
Mendekati pukul 15.00, satu per satu dari kami menuju Leonardo Hospitality. Sambil berfoto di tengah lintasan, tepat di depan gapura finis.
Di trek lurus utama itu memang ada beberapa kawasan VIP. Ada yang tenda biasa, ada yang tribun. Yang paling mewah adalah kawasan hospitality seperti yang kami tempati. Berupa sebuah bus yang kemudian disulap menjadi tempat menonton setinggi tiga dek (lantai). Di dalamnya ada bar dan pelayan, menyediakan minuman dan camilan tanpa batas.
Sekitar pukul 15.00 itu, saat peloton lomba mulai mendekati Trieste, berbagai rangkaian acara dimulai. Lagu kebangsaan Italia, dilanjutkan lantunan suara Luciano Pavarotti.
Akrobat pesawat jet menyemburkan asap berwarna tricolore (warna bendera Italia) terus mengajak pengunjung melihat ke arah langit.
Musik lantas terus berdentum sangat dinamis bersama tepuk tangan meriah ribuan orang, menyambut datangnya peloton di jalur utama sirkuit.
Bagi beberapa peserta program, suasana ini langsung mengingatkan pada pengalaman 2012, saat menonton sebagai VIP di Tour de France. Walau Tour de France lebih bergengsi, Giro d\"Italia mungkin lebih mengasyikkan untuk ditonton secara langsung. Atmosfernya terasa lebih \"hidup\". Bila yang di Prancis terasa formal dan \"ningrat\", yang di Italia ini lebih fun.
\"Di sini lebih meriah, lebih antusias,\" komentar Sony Hendarto dari Madiun.
\"Tour de France memang lebih mewah. Karena finisnya di Kota Paris. Kalau di sini (Trieste, Red), suasananya lebih meriah,\" tambah Tonny Budianto Tanadi. \"Tapi, yang jelas rute dan pemandangannya bagus Italia,\" tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: