>

Warga Lebih Enjoy Naik Sepeda daripada Kendarai Mobil

 Warga Lebih Enjoy Naik Sepeda daripada Kendarai Mobil

 Mengunjungi Kopenhagen, Kota Paling Layak Ditinggali dan Paling Happy

  Kopenhagen, ibu kota Denmark, menyandang predikat kota paling layak ditinggali. Warganya juga dinilai sebagai masyarakat yang paling bahagia di dunia. Seperti apa\" Berikut catatan wartawan Jawa Pos RETNACHRISTA R.S. yang pekan lalu mengunjungi Kopenhagen.

  PENERBANGAN dengan Singapore Airlines yang mengantar saya beserta lima wartawan dari media lain ke Kopenhagen memakan waktu cukup lama. Yakni, 11 jam. Namun, pria Italia itu tidak memberikan kesempatan kepada kami untuk berdamai dengan jet lag.

 \"Are you happy\" Harus happy! Sebab, kita berada di happiest country in the world,\" katanya riang sembari menyeret koper-koper kami.

 Giuseppe Liverino, pria Italia yang aksennya hampir tidak tampak Italia-nya tersebut, menemani kami ke tengah Kota Kopenhagen. Jalan yang menghubungkan Bandara Kastrup dengan pusat kota tampak lengang. Tidak tampak mobil-mobil berseliweran apalagi kemacetan layaknya di kota-kota besar dunia.

 \"Tidak banyak orang sini yang naik mobil. Kecuali sudah berkeluarga dan perlu mobil untuk membawa anak-anak. Punya mobil itu weird,\" kata Giuseppe seraya mengerutkan kening.

 Lalu, apa transportasi utama di Kopenhagen\" \"Sepeda,\" ucap Giuseppe simpel.

 Benar saja, mendekati pusat kota, sepeda mulai berseliweran di sana-sini. Semua orang naik sepeda. Pria dan perempuan kantoran yang mengenakan jas dan shift dress, pekerja freelance, anak sekolah, serta orang-orang yang hendak ke pasar enjoy naik sepeda angin.

 Sepeda yang dipakai beragam. Ada yang membawa sepeda sport keren, tapi tak sedikit yang menaiki sepeda lawas dan mulai butut. Ada pula yang memodifikasi sepedanya dengan gerobak di bagian depan untuk membawa barang. Semua disesuaikan dengan fungsi sepeda yang dipakai.

 \"Sepeda sudah menjadi lifestyle di Kopenhagen. Semua orang bersepeda untuk berbagai tujuan dan keperluan,\" tutur Giuseppe.

 \"Sepeda itu menyehatkan, fun, dan murah. Kita pun berkontribusi menjaga kadar CO2 di udara,\" lanjut pria yang bekerja di Wonderful Copenhagen, sebuah organisasi nirlaba yang bertugas mempromosikan ibu kota Denmark tersebut.

 Menurut Giuseppe, pemerintah Denmark tidak main-main dalam berupaya mengurangi polusi udara kota. Salah satu tindakan yang paling berefek adalah membebankan pajak supertinggi terhadap kendaraan bermotor. Giuseppe tidak menyebutkan angka pasti pajak yang dimaksud. Namun, yang jelas, nilai pajak tahunan sebuah mobil bisa jadi hampir sama dengan harga mobil baru.

 Meski memberatkan, warga tidak merasa berkeberatan. Buktinya, mereka tetap happy kendati tidak mengendarai mobil pribadi dan memilih ke mana-mana naik sepeda angin. Kalau toh naik angkutan umum, warga pun merasa nyaman. Tidak perlu berebut kursi atau direpoti para penjual asongan dan pengamen seperti di Jakarta.

 Giuseppe mengungkapkan, tidak ada urgensi untuk membeli mobil di Kopenhagen. Sebaliknya, bagi warga setempat, sepeda menjadi alat transportasi yang \"wajib\" dimiliki setiap keluarga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: