Jokowi Bukan Tukang Pidato tapi Pekerja
Saya yakin Jokowi merasa berada di tengah-tengah kepalsuan, di tengah-tengah banyak pihak yang bermulut manis tapi sesungguhnya melalukan banyak tindakan kotor. Jokowi yang kami kenal adalah Jokowi yang tidak suka, tidak bahagia ada di tengah kepalsuan semacam itu.
Karena itulah Jokowi terlihat serius dan bagi sebagian pemirsa jadi seperti tegang. Inilah keseriusan dan ketegangan seorang sosok pemimpin yang otentik, yang perkataan dan perbuatannya selalu ia usahakan seiring dan sejalan.
Jokowi terlihat terbebani. Dampaknya, banyak yang jadi menilai Jokowi belum siap untuk jadi Presiden. Dia dianggap belum layak, belum cukup matang. Pendapat Anda?
Saat ini Indonesia membutuhkan Presiden dengan tiga syarat pokok: (1) punya integritas yang terjaga, (2) punya keberanian untuk mengambil keputusan dengan sigap dan mengambil segenap resiko atas keputusan itu, (3) punya otentisitas yaitu kesamaan antara yang ia katakan dengan yang ia lakukan, tidak terjerat kaki dan tangannya oleh kekeliruan di masa kini dan masa lalu sehingga ia akan leluasa bekerja sebagai pemimpin yang akan menjemput masa depan kita yang gemilang.
Kami yakin, Jokowi memiliki itu. Karena itulah kami mengusung dan mendukung Jokowi untuk menjadi Presiden. Di atas keyakinan itu pula kami mengajak seluruh warga negara Indonesia untuk sama-sama menjadikannya sebagai Presiden.
Acara semalam tak mengubah fakta pokok tentang Jokowi di atas. Jokowi tetaplah Jokowi dengan karakter seperti itu. Ia siap dari hari pertama sebagai Presiden. Bukan hanya siap, Jokowi juga akan menjadi \"Presiden yang berbeda\". Presiden yang berkarakter.
Selama ini Presiden kan identik dengan seseorang yang dikemas lewat upaya pencitraan habis-habisan sehingga rakyat sulit merumuskan sosok yang asli dari sang Presiden. Jokowi akan menjadi Presiden yang berbeda, yang tampil apa adanya.
Bersama JK, Jokowi adalah kita. Bayangkanlah Anda akan memiliki Presiden dan Wakil Presiden, Jokowi dan JK, yang berlaku seperti tetangga sebelah rumah, manusia biasa, tapi tak kehilangan kekuatan dan kewibawaannya sebagai pemimpin. Kehadiran Jokowi-JK insya Allah akan kita rayakan sebagai bagian dari Indonesia Baru, Indonesia yang hebat.
Dalam dua forum besar Jokowi tak menyebut dan mengapresiasi kehadiran Prabowo-Hatta sementara dalam kedua acara tersebut Prabowo selalu mengapresiasi Jokowi dan yg lainnya. Mengapa ?
Ada dua cara mengapresiasi pihak lain: dengan kata-kata dan dengan perbuatan.
Sebagai pemimpin Jokowi terbiasa mengapresiasi siapapun, termasuk rakyat yang dipimpinnya dengan berbuat sebaik mungkin untuk mereka. Karena itulah Jokowi memenangkan termin keduanya sebagai walikota Solo dengan meraih 90.1% dukungan rakyat Solo.
Jokowi mengapresiasi Prabowo-Hatta dengan berbuat selayaknya: tidak menyerang, tidak memfitnah, tidak melakukan kampanye hitam. Ini jauh lebih penting dari sekedar kata-kata, dari sekedar menyebut nama pasangan Prabowo-Hatta.
Itu jauh lebih bermakna daripada berkata-kata manis dengan menyebut pihak lakn tapi diam-diam melalukan tindakan-tindakan yang sejatinya tak menunjukkan respek dan penghormatan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: