>

Kurang Terawat, Yang Asli Tinggal Atap

Kurang Terawat, Yang Asli Tinggal Atap

 Kondisi itu tak dibantah Mahmud. Pria tersebut kini menjadi salah seorang penghuni rumah yang diyakini sebagai tempat kelahiran Soekarno tersebut.

 \"Yang asli itu mungkin tinggal atapnya saja,\" ujar Mahmud yang mengaku telah menempati rumah tersebut sejak 1990. Dia tinggal bersama saudaranya, Jamilah dan suaminya, Khoiri. Ada satu lagi saudaranya, Hadijah.

 Mahmud mengatakan, meski dulu menjadi tempat kelahiran Soekarno, di dalam rumah itu kini tak ada lagi jejak-jejak tentang Sang Proklamator. Benda-benda berharga, termasuk foto-foto kenangan Soekarno kecil, sudah tak bersisa. Sejarah Soekarno di rumah itu seolah lenyap tanpa bekas. Saat Jawa Pos meminta izin untuk masuk ke rumah, dia menolaknya dengan halus.

 \"Di dalam tidak ada apa-apa. Hanya ada tumpukan pakaian kotor,\" sebutnya.

 Pria 65 tahun tersebut merasa jengah dengan banyaknya orang yang mengunjungi rumahnya. Hampir tiap hari ada tamu selama tiga tahun terakhir. Dia sebenarnya juga enggan bolak-balik ditanya oleh orang-orang yang datang.

 \"Wis mbelenger (sudah kenyang, Red). Tiga tahun ditakoni (ditanyai) terus,\" tuturnya.

 Satu-satunya tetenger bahwa rumah itu tempat kelahiran Soekarno hanyalah spanduk yang dipasang di dinding depan rumah. Sebuah plakat dari kuningan tertempel tepat di atas pintu. Plakat bertahun 2013 itu menyebutkan bahwa Soekarno lahir dan menjalni masa kanak-kanak di rumah tersebut.

 Meskipun sudah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya sesuai Surat Keputusan Wali Kota Surabaya No 188.45/321/436.1.2/2013, rumah itu belum menjadi milik pemkot sepenuhnya. Pemkot yang berniat membeli rumah tersebut masih terganjal negosiasi harga dengan keluarga Mahmud.

 \"Kami punya niat untuk membelinya. Tapi, belum nemu harga yang cocok,\" kata Humas Pemkot Surabaya M. Fikser.

 Lantaran harganya belum disepakati, pemkot pun tak bisa berbuat banyak. Padahal, pemkot sudah berencana untuk merawat bangunan dan mengisinya dengan benda-benda bersejarah yang berhubungan dengan Soekarno.

 \"Ya, kami harus bersabar. Mudah-mudahan nanti bisa cocok,\" tandas Fikser.

 Lain kondisi rumah kelahiran, lain pula kondisi rumah kos-kosan yang pernah ditempati Soekarno. Rumah itu milik Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto di Jalan Peneleh VII/29-31. Kondisi rumah bercat putih itu lebih bagus, terawat dengan baik. Bahkan, pemkot kini sudah menganggarkan secara khusus untuk perawatannya. Di rumah tersebut Soekarno indekos sekaligus menimba ilmu kepada HOS Tjokroaminoto yang menjadi pemimpin Serikat Islam (SI).

 Seperti halnya rumah kelahiran Soekarno, rumah HOS Tjokroaminoto siang itu sepi dan tertutup. Tak ada pengunjung yang datang. \"Di sini ramainya kalau hari-hari besar. Seperti pas Hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober,\" ungkap Eko Hadi Ratno, penjaga rumah HOS Tjokroaminoto.

 Eko yang sudah empat tahun menjadi pengurus rumah itu pun kini cukup fasih menjelaskan seluk-beluk rumah tersebut. Misalnya, dia menunjukkan bahwa di dinding bagian belakang rumah itu dulu ada pintu. Tapi, kini ditutup dengan tembok dan makin tak terlihat karena ada lemari besar di depannya.

 \"Ada yang bilang pintu itu mengarah ke kamar kos Bung Karno dan tokoh-tokoh lain,\" jelas ketua RT 2, RW 4, Peneleh itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: