SBY Dikukuhkan Jadi Guru Besar
BOGOR - Menjelang masa akhir jabatannya sebagai Kepala Negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kembali mendapat gelar kehormatan. Kali ini, Presiden RI keenam itu dianugerahi gelar Profesor oleh Universitas Pertahanan. Acara pengukuhan SBY sebagai Guru Besar Ilmu Ketahanan Nasional berlangsung di Kawasan Indonesia Peace and Security Center (IPSC), Sentul, Bogor, kemarin (12/6).
Namun, acara pengukuhan tersebut yang awalnya berlangsung di halaman utama Unhan, sempat tersendat akibat hujan lebat. Ketika SBY akan menyampaikan pidato, awan tebal tiba-tiba menyelimuti. Tidak lama saat orang nomor satu di Indonesia itu mulai berpidato, hujan gerimis pun turun, disertai gemuruh suara petir dan kilat. Dia pun berhenti sejenak untuk bertanya kepada Rektor Unhan Desi Albert Mamahit, apakah acara bisa terus dilanjutkan. \"Pak Rektor, apakah masih aman cuacanya?,\" tanya SBY pada Desi.
Kemudian SBY melanjutkan, \"Kalau hujannya lebat, kita selesaikan di auditorium. Akan saya teruskan di ruang auditorium,\"katanya.
Namun, Presiden 64 tahun itu masih berupaya melanjutkan pidatonya dengan agak tergesa-gesa. Ternyata, hujan makin deras disertai angin dan petir. SBY pun akhirnya menyerah dan memutuskan menghentikan pidato. Dia meminta upacara pengukuhan dipindah ke ruang auditorium di dalam Gedung Unhan. \"Kalau dari aspek security, ada petir kita break, pindah ke auditorium. Insya Allah itu yang terbaik,\"katanya.
Di ruang auditorium pun, SBY kembali memulai pidatonya yang berjudul \"Perdamaian dan Keamanan dalam Dunia yang Berubah: Tantangan Penyusunan Grand Strategy bagi Indonesia\". Sebelum masuk ke inti isi pidato, dia sempat menyinggung cuaca buruk yang membuat acara pengukuhan terpaksa dipindahkan ke gedung Auditorium.
\"Sebelum acara ini, saya sudah tanya ke KSAD, KSAL, KSAU. Saya tanyakan, bagaimana cuaca? Katanya insya Allah baik, gladi bersih baik, tapi saya minta kalau cuaca berubah disiapkan rencana lain, yaitu pindah ke auditorium ini,\" papar SBY.
Karena itu, SBY berupaya terlihat santai menyikapi hal tersebut. Sebab, sudah ada rencana cadangan yang disiapkan. Bahkan dia sempat bercanda. \"Saya tidak lagi dibayang-bayangi oleh kilat dan gerimisnya hujan sehingga lebih tenang,\" katanya.
Dalam pidatonya, SBY memaparkan bahwa Indonesia memerlukan strategi yang besar (grand strategy) dalam mewujudkan kepentingan nasional dan cita-cita kemerdekaan bangsa di tengah situasi dunia yang dinamis. Karena itu, dirinya berharap para penyelenggara negara, termasuk para pemimpin militer dan pembuat kebijakan pertahanan negara, mampu merumuskan strategi besar sebagai sebuah\" rencana pembangunan jangka panjang 25 tahunan.
\"Dalam pemikiran saya itu, di dalamnya sudah termasuk bagai-mana bangsa ini bisa menghadapi berbagai tantangan dan ancaman, baik dari luar negeri maupun dalam negeri, sehingga cita-cita dan tujuan besar itu dapat dicapai. Saya pikirkan pula secara holistik baik aspek keamanan (security) maupun aspek kesejahteraan (prosperity)\" yang kedua-duanya amat penting,\" urainya.
SBY memaparkan, keberhasilannya meraih gelar guru besar tidak lepas dari pengorbanan dan dorongan istri dan anak-anaknya. Dia juga banyak mendapat dukungan dari para menteri-menterinya, para Staf Khusus Presiden, staf pribadi, dan para ajudan.
\"Saya harus mengorbankan waktu paling berharga saya, yaitu waktu saya bersama keluarga, karena waktu itulah yang tersedia.\" Untuk itu, yang pertama saya harus berterima kasih kepada istri tercinta Ani Yudhoyono,\" imbuhnya.
Rektor Universitas Peratahanan Indonesia, Desi Mamahit mengatakan, dengan pengukuhan tersebut, SBY menjadi Profesor pertama di Indonesia dalam bidang ilmu ketahanan nasional. Mamahit menyebutkan, pemberian gelar guru besar diberikan karena SBY dinilai memiliki kapasitas sebagai akademisi. Di samping itu, banyak tulisan SBY yang telah dimuat dalam berbagai jurnal ilmiah baik di dalam dan luar negeri.
(Ken)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: