Al Hambra Menjulang di Atas Bukit Granada
Napak Tilas Jejak Peradaban Islam di Andalusia, Spanyol (2-Habis)
Selain Cordoba, jejak Islam di Spanyol ada di Granada. Dua kota di selatan Negeri Matador itu berjarak sekitar 200 kilometer. Berikut laporan lanjutan wartawan Jawa Pos CANDRA WAHYUDI.
Istana megah nan indah itu berdiri kukuh di puncak bukit Granada. Namanya: Al Hambra. Berasal dari bahasa Arab yang berarti merah. Hal itu merujuk pada tanah liat sebagai bahan baku bangunan yang berwarna merah. Istana yang dibangun pada abad ke-12 tersebut menjadi simbol keagungan budaya serta peradaban Islam pada zaman itu.
Al Hambra berada di bukit setinggi sekitar 100 meter. Perjalanan menuju tempat tersebut melalui jalan menanjak dan berkelok. Dari pusat Kota Granada, butuh waktu sekitar 30 menit menuju Al Hambra dengan mobil. Jalan menuju Al Hambra berada di tepi bukit cadas dengan pemandangan indah di sisi yang lain.
Meski berada di bukit batu, kawasan sekitar Al Hambra begitu asri. Istana tersebut dikelilingi aneka pepohonan. Di jalan masuk menuju Al Hambra berdiri pohon apel dan delima. Di dalam kompleks istana tumbuh pohon zaitun dan jeruk. Lantai istana terbuat dari batu yang disusun sedemikian rupa sehingga seperti lukisan buah delima.
Sulit membayangkan bagaimana istana megah itu dibangun lebih dari 700 tahun silam. Sebab, medan di sekitar Al Hambra sangat berat. Lereng bukit berbatu itu sangat curam. Tidak mudah mengangkut material bangunan menuju lokasi. Kalau sekarang kendaraan bisa dengan mudah mencapai karena jalannya sudah mulus, situasinya berbeda dengan tujuh abad lalu. Namun, di tengah beragam kesulitan itu, akhirya terciptalah Al Hambra sebagai istana yang indah.
Awalnya, Al Hambra dibangun Raja Granada Mohammed bin Al-Ahmar sebagai istana peristirahatan. Lokasinya memang cocok karena berada di puncak bukit. Dari tempat itu tersaji pemandangan yang memesona. Pada 1333, Sultan Yusuf I yang menjadi penguasa Granada menjadikan Al Hambra sebagai istana kerajaan. Sultan Granada berasal dari Damaskus, Syria.
Dari depan, Al Hambra tampak tidak meyakinkan. Seperti bukan istana. Biasa saja. Ada taman ala kadarnya di pelataran menuju bagunan pertama Al Hambra. Beberapa pohon jeruk dan zaitun menghiasi taman itu. Ada pula kolam kecil yang airnya tidak seberapa bening. Keindahan baru tersaji saat kita memasuki bagian dalam Al Hambra.
\"Orang-orang dulu memang sengaja membuatnya seperti itu. Dari luar tampak biasa, namun indah di dalamnya,\" kata Francisco Jose, pemandu wisata di Al Hambra.
Nuansa Islam begitu kuat dengan adanya kaligrafi di sepanjang dinding bangunan. Tulisan Arab juga menghiasi pilar serta atap. Kebanyakan berisi lafal nama-nama Allah SWT. Ukirannya sangat detail dan penuh warna. Ada biru, hijau, merah, dan kuning.
Semakin ke dalam, keindahan Al Hambra semakin terlihat. Setelah keluar dari ruang pertama, ada tempat yang lebih indah. Bentuknya hall terbuka dengan kolam ikan di bagian tengah. Kolam tersebut memanjang dengan ukuran sekitar 3 x 20 meter. Sekilas, bentuk bangunan itu seperti Taj Mahal di Agra, India.
Ornamen yang menghiasi dinding ruangan juga jauh lebih indah daripada ruangan pertama. Di situlah sultan menerima tamu-tamunya. Di tempat itu juga ada ruang salat. Mihrabnya dihiasi kaligrafi. Pengunjung tidak bisa masuk. Hanya bisa melihat dari jarak 1,5 meter.
Ruangan berikutnya berfungsi sebagai rumah. Karena itu, sifatnya lebih pribadi. Ada kamar mandi dengan air yang mengalir dari gunung. Di bagian tengah ada air mancur yang dihiasi patung 12 singa. Hal itu menandakan 12 angka pada jam. Lokasi tersebut menjadi favorit para pengunjung untuk berpose.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: