Dolly Tamat Sudah
Pemerintah Resmi Tutup Pelacuran Di Sana
SURABAYA-Riwayat lokalisasi yang dulu pernah disebut-sebut sebagai lokalisasi terbesar se Asia Tenggara, Dolly, berakhir pada hari ini. Pemerintah resmi mendeklarasikan bahwa lokalisasi yang telah berumur lebih dari 40 tahun tersebut ditutup.
Deklarasi yang menyatakan Dolly hanya tinggal sebagai sejarah dipimpin langsung oleh Menteri Sosial Salim Assegaf Al Jufri. \"Secara resmi, mulai besok (hari ini, Red) kawasan Dolly dan Jarak sudah bukan lagi lokalisasi,\" kata Sekretaris Daerah Kota Surabaya Hendro Gunawan.
Penutupan pagi ini rencananya dilakukan secara simbolis. Tidak ada rencana untuk datang ke lokalisasi dan memasang segel. Informasi yang dihimpun Jawa Pos menyebutkan bahwa penindakan terhadap Dolly baru dilakukan setelah bulan Puasa. \"Jadi, mungkin masih ada satu-dua yang buka secara sembunyi-sembunyi, dan baru resmi tutup pas bulan Puasa. Kalau ada yang balik dan beroperasi setiap lebaran itulah, baru ditindak,\" ucap seorang petugas yang ikut menangani kebijakan penutupan Dolly tersebut.
Kendati indikasinya mengarah ke pidana untuk setiap wisma yang masih mokong tetap buka, namun polisi sendiri menyatakan memilih untuk melihat perkembangannya. \"Yang jelas, kami fokus pada pengamanan deklarasi,\" kata Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Setija Junianta.
Polisi memang pantas berhati-hati. Karena menjelang penutupan, situasi di Dolly agak memanas. Sejumlah warga dan kelompok yang menentang penutupan terus berjaga-jaga. Apalagi, dari pantauan Jawa Pos ada dua insiden yang membuat suasana juga makin memanas.
Yang pertama adalah insiden seorang preman tak sengaja menabrak seorang PSK di Jarak hingga terjatuh dan tak sadarkan diri. Sempat terjadi keramaian, namun tidak berlangsung begitu lama. Namun, yang kedua yang membuat suasana makin panas.
Kejadiannya berkisar pada pukul 09.00. Seorang pria yang tak dikenal tiba-tiba saja melempar jendela dua wisma, yakni Putri Ayu II dan Sumber Rejeki. Belakangan diketahui bahwa pelaku pelemparan tersebut terindikasi kurang normal kejiwaannya. Ketika ditanya, pria yang kemudian diketahui bernama Nanang ar-Rakhman tersebut menjawab ngawur.
\"Saya berusia 200 ribu tahun, dan mendapat mandat dari Tuhan. Makin yakin setelah bertemu dengan para wali dan sunan,\" kata Setija, menirukan ucapan tersangka. Kendati terindikasi kurang waras, namun Setija mengatakan bahwa pihaknya masih menelusurinya sebelum mengambil kesimpulan akhir.
Makin Sepi Dalam 10 Tahun Terakhir
Penutupan Dolly sendiri dilakukan ketika lokalisasi tersebut tengah mengalami penurunan signifikan. Ketika pada masa jayanya antara 1990-an sampai 2005, total jumlah PSK mencapai lebih dari 9.000 orang. Ketika ditutup pada 18 Juni 2014, jumlah PSK tinggal 1.200-an.
Seorang pengelola menyatakan bahwa Dolly kalah bersaing dengan panti pijat dan prostitusi terselebung. Terutama dalam hal service. Di Dolly, pelayanannya seperti terlihat \"kejar setoran\". \"Karena situasinya memang seperti itu,\" ucap pengelola yang namanya tak mau disebutkan tersebut. Karena, dalam 10 tahun terakhir, tarif PSK di Dolly tak banyak bergeser dan tak mengikuti inflasi. Seperti Wisma Barbara. Wisma yang disebut-sebut terbesar dan termahal tersebut membanderol tarif Rp 200 ribu untuk sekali kencan shor time. Tidak berbeda jauh dengan sepuluh tahun yang lalu, yang Rp 150 ribu.
Tarif rata-rata di Dolly antara Rp 80 ribu - Rp 100 ribu. Persentase pembagian tarif tersebut adalah 40 persen PSK, 50 persen untuk Wisma, dan sisanya untuk jasa para makelar. Dengan tarif yang tak berbeda banyak, namun operasional yang terus meningkat, maka satu-satunya jalan adalah mempercepat layanan. Maka, tak heran, bila seorang primadona bisa mendapat tamu lebih dari 20 orang semalam. Karena, sekali kencan paling banter hanya 20 menit - 30 menit saja.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: