Siswa Dipungut 5 Dollar, Pemerintah Beri Sekolah 500 Dollar
Untuk Jum”at sendiri lanjutnya, di SIS ada acara ekstrakurikuler. Kegiatan ini untuk mereklaksasi murid-murid yang sudah belajar selama 5 hari dalam seminggu.
“Untuk Sabtu sekolah di sini libur,” ucapnya.
Di sekolah ini lanjutnya, menganut 2 kurikulum. Yakni, kurikulum nasional dan kurikulum Camridge. “Mengapa dua kurikulum, karena sebaik apapun kurikulum kita pasti ada kelemahannya. Jadi untuk menutupi kelemahan tersebut, kita gabungkan dua kurikulum,” sebutnya.
Agus sempat menceritakan, untuk kurikulum Camridge, ini mendahulukan praktek dari teori. Sedangkan kurikulum nasional mendahulukan teori. “Kalau kurikulum Camridge, ketika mengajarkan daun, anak-anak langsung disuruh mengambil daun, lalu memeriksa di laboratorium. Kalau mengajar renang, anak-anak langsung terjun ke kolam renang. Kalau kurikulum nasional, mengajarkan teori renang, gaya bebas, gaya kupu-kupu, dan lain-lain,” ucapnya.
Untuk guru-guru sendiri didatangkan dari Indonesia. Dengan kualifikasi pintar berbahasa inggris, baik itu guru agama, kesenian, matematika, fisika, dan lain-lain.
“Disini kami tak butuh titel, Karena bagaimana mungkin mereka bisa berkomunikasi di sini jika tidak pandai berbahasa Inggris. Misalnya, ada kunjungan siswa dari Australia dia meminta penjelasan angklung dalam bahasa Inggris,” ucapnya.
Dengan kualifikasi yang tinggi tersebut, guru di SIS ini mendapat tunjangan cukup banyak. Selain tunjangan mengajar luar negeri, juga mendapatkan tunjangan profesi dan tunjungan tetap dari Kemenlu Rp 2 juta per bulan.
“Yaa kalau mengajar enam bulan sudah bisa menabung,” tuturnya.
Menghadapi kurikulum nasional yang berubah-ubah, dirinya mengaku tidak ada halangan. Karena, target di SIS bukan pemenuhan tuntutan kurikulum, tapi pemenuhan kompetensi lulusan.
“Karena lulusan di sini bisa kuliah ke Australia, ke Amerika, dan lain-lain,” tuturnya.
Setelah itu, kunjungan dilanjutkan ke Insworld Institute. Ini merupakan sekolah yang murni menganut kurikulum Inggris. Disini proses belajar mengajar dalam bahasa Inggris. Tidak menggunakan bahasa Melayu sedikitpun.
Sekolah yang terletak di atas mall di Serangoon Road Nomor 2 tersebut, memiliki pendidikan SD, SMP dan SMA. Jumlah siswanya sangat sedikit karena dibatasi pihak sekolah. Dimana satu kelas hanya 15 orang. Sehingga ada yang sekelas 4 orang, ada yang tiga orang.
Di sekolah ini, para guru favorit didampingi Stephen McCann, Sales Manager dan Dakila Cabarloc, Director of Student Service Insworld Institute. Menurut Dakila para murid di sini, untuk tingkat SMA sudah diberikan penjurusan.
“Jika ingin kuliah di kedokteran maka akan masuk jurusan medicine. Jika ingin pintar bahasa, akan sekolah di jurusan bahasa. Baik bahasa Inggris maupun Mandarin,” terangnya.
Warga Filipina yang baru lima tahun mengajar disini mengaku, murid sekolah ini beragam. Ada dari Malaysia, Indonesia, Singapura, bahkan Lituania.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: