Pacu Industri Kecil, Bangun Pelabuhan Khusus Otomotif
\"Pemerintah sangat peduli dengan R&D (research and development) di sektor otomotif. Karena itu, setiap testing lab biasanya disertai tenaga ahli yang disewa pemerintah untuk men-develop produk mereka. Para ahli itu dibayar pemerintah untuk membantu industri kecil-menengah dalam membuat produk inovasi baru,\" jelas Vichai.
Yang menarik, meski menjadi jawara di ASEAN, otomotif Thailand tidak berambisi untuk menguasai pasar di Asia Tenggara. Dalam pasar bebas AEC, Thailand justru mengajak Indonesia, Malaysia, dan Filipina untuk berkolaborasi menjadi kekuatan otomotif dunia. Apalagi bila empat negara tersebut bergandengan tangan dengan Jepang, Korea Selatan, serta Tiongkok.
\"Dengan menghitung pasar ASEAN yang mencapai 600 juta orang, ASEAN plus (Jepang, Korsel, dan Tiongkok) akan mampu menguasai mayoritas pasar otomotif dunia,\" kata President of Thai Auto-Parts Manufacturing Association (TAPMA) Achana Limpaitoon.
Bahkan, bila kerja sama tersebut terealisasi, ASEAN plus tiga negara itu sangat terbuka untuk menguasai seperempat pasar otomotif dunia.
Menurut dia, Thailand tidak perlu berebut konsumen otomotif di pasar Asia Tenggara. Sebab, Thailand, Malaysia, dan Indonesia memiliki keunggulan tersendiri dalam produksi mobil. Yakni, Thailand dengan basis produksi truk dan pikap, Indonesia dengan MPV dan SUV, serta Malaysia dengan produksi mobil kecil.
\"Untuk tujuan yang lebih besar, Thailand dan Indonesia tidak perlu berantem. Kami siap menerima ajakan terbuka dari Indonesia. Tujuan kita adalah bersaing di pasar global. Kita tentu bisa bertukar spare part sehingga menjadi pasar yang lebih besar,\" tegas Achana.
Perkembangan industri otomotif juga ditopang infrastruktur. Salah satunya pelabuhan yang menampung kapal bertonase besar. Saat ini ada dua pelabuhan besar yang khusus untuk mengekspor mobil, yakni Bangkok Port dan Laem Chabang Port. Yang terakhir merupakan pelabuhan yang berlokasi di tengah kawasan industri.
Laem Chabang yang dibangun sejak 1987 dan beroperasi 1991 awalnya merupakan pelabuhan kapal pesiar yang dioperasikan Star Cruises. Namun, karena diterpa krisis keuangan, pelabuhan itu diambil alih NYK Auto Logistics Thailand. NYK lantas mengembangkannya sebagai pelabuhan besar khusus ekspor-impor. Laem Chabang yang menempati kawasan sekitar 2.572 acre itu kini menjadi salah satu pintu gerbang ekonomi Thailand. Meski dioperasikan NYK, Laem Chabang tetap berada di bawah kendali Port Authority of Thailand (PAT).
Kehadiran pelabuhan terbesar di Thailand tersebut juga menjadi daya tarik munculnya industri otomotif. Vendor mobil seperti Mitsubishi (berjarak 2 kilometer), Toyota (80 kilometer), dan lainnya juga mulai membuka pabrik di sekitar pelabuhan. Mereka benar-benar memanfaatkan pelabuhan khusus otomotif tersebut.
\"Honda juga berencana membangun pabrik baru di sekitar Laem Chabang,\" kata Deputy GM Terminal NYK Auto Logistics Thailand Wasurat Krachangmon.
Dia menyatakan, berdasar studi pemerintah, Bangkok Port di Bangkok akan mengalami kelebihan kapasitas bila tidak ada pelabuhan baru. Selain itu, kedalaman laut di Bangkok Port sudah tidak memadai, yaitu hanya 8 meter. Sementara itu, Laem Chabang Port memiliki kedalaman 14 meter, bahkan ada yang mencapai 16 meter sehingga cocok bagi kapal-kapal besar untuk kegiatan ekspor dan impor dengan kapasitas penuh 10,8 juta TEUs per tahun.
\"Selain itu, lahan Laem Chabang masih bisa dikembangkan dalam beberapa dermaga besar,\" kata Wasurat.
(*/c5/ari)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: