>

Mengkonstruksi Revolusi Mental Dalam Pendidikan

Mengkonstruksi Revolusi Mental Dalam Pendidikan

Revolusi mental memang harus diinisiasi dari proses pembelajaran dan secara simultan berjalan di bidang-bidang lainnya. Sekurangnya 18 tahun waktu anak Indonesia menghabiskan waktu di bangku pendidikan, mulai plalygroup hingga perguruan tinggi. Lembaga pendidikan menjadi “rumah kedua” untuk menempa anak-anak menjadi manusia dewasa yang bermartabat dan berkepribadian. Pastilah pendidikan sangat strategis dalam membentuk mental anak bangsa karena proses ini berkelanjutan dan tidak pernah berakhir (never ending process). Disinilah karakter anak mulai disemai.

Selain guru, revolusi mental juga harus terjadi pada para penyelenggara negara, tokoh agama, dan pemuka masyarakat, yang berangsur-angsur menularkannya kepada masyarakat agar di masa mendatang manusia Indonesia pun meninggalkan perilaku korup, intoleran, dan serakah. Keteladan mereka sangat dinantikan.

Sebenarnya, Pusat Kurikulum Kemendikbud sudah menyusun strategi pendidikan karekter ini:pembelajaran (teaching), keteladanan (modelling), penguatan (reinforcing) dan pembiasaan (habituating), dan menetapkan 18 nilai utama dalam pendidikan karakter yakni relijius, jujur, toleransi, disiplin, kerja-keras, mandiri, demokratis, ingin-tahu, semangat-kebangsaan, cinta-tanah-air, menghargai-prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta-damai, gemar-membaca, peduli-lingkungan, peduli-sosial, dan tanggung-jawab.

Apakah konsep konsep ini sudah dilaksanakan? Siapa manusia yang berkarakter seperti ini, wajib hukumnya diteladani. Kami memang perlu keteladanan dari para pemimpin! Selamat Hari Guru dan HUT PGRI yang ke 69!.

*) Penulis adalah Pendidik di Kab. Batanghari, Anggota PELANTA

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: