>

Gambarkan Bagaimana Sulitnya Mengeluarkan Minyak dari Perut Bumi

Gambarkan Bagaimana Sulitnya Mengeluarkan Minyak dari Perut Bumi

Bahkan awak media bisa ‎melihat kondisi alat peraga dan proses pengambilan serta penemuan minyak bumi dalam gedung itu. Miris, hampir dari separuh alat peraga terlihat sudah mendekati kata-kata \"usang\". Tentu hal itu tidak sebanding dengan nama besar perusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia.

Bahkan, tempat diletakkannya alat peraga itu juga sudah rapuh dimakan rayap dan ada juga yang jebol karena dimakan usia, serta kurangnya perawatan. \"Kami tidak memiliki dana untuk merawatnya. Jangankan itu, gaji kami yang kecil juga belum dibayar,\" ucap Budi.

Satu demi satu ruangan di museum itu didatangi. Di dinding ruangan, digambarkan proses penemuan minyak pertama di Indonesia yakni di Cibodas pada Desember 1871 oleh pengusaha di Cirebon yakni Jan Reerink. Kemudian, berlanjut kepada penggunaan minyak yang saat itu dimanfaatkan sebagai obat tradisional dan alat barter bahan pakaian dengan pedagang China. 

Tidak hanya tu, di dinding yang sudah digambar juga menceritakan pada abad ke 16 para pelaut Aceh memanfaatkan minyak mintah untuk membakar kapal Portugis. Kemudian pada ababd ke 13 masyarakat daerah Cepu menggunakan cairan kental kekuningan itu sebagai penerang ruangan dengan menggunakan wadah.

Seiring dengan perkembangan zaman, minyak bumi digunakan sebagai alat penggerak transportasi. Namun, saat itu pengambilannya menggunakan alat tradisional. Mulai dari jumlah yang sedikit hingga secara besar-besaran atau komersil pada 1885 di Telaga Said, Sumatera Utara. Selanjutnya 1939 pekerja menggali tanah sedalam ratusan meter dengan alat sederhana, bahkan masuk ke dalam lobang tersebut tidak dilengkapi oksigen seperti saat ini.

Museum itu juga menggambarkan betapa kayanya alam Indonesia akan minyak bumi. Namun, kami tidak bisa bercerita banyak karena waktu yang dibatasi hingga pukul 15.00 WIB. Jelang akhir pertemuan itu, Budi juga menjelaskan kondisi itu berlangsung sejak adanya peralihan pengendali museum. 

Dimana sejak berdiri pada gedung itu dibawah kendali PT Pertamina (Persero). Namun, akhir 2013 pemerintah menyatakan bahwa Pertamina harus fokus ke bisnis perminyakan dan harus meninggalkan pengelolaan gedung itu. Oleh karenanya, museum diserahkan ke Kementerian ESDM RI dan pengelolaannya oleh Dirjen Migas pada 2004. 

Sejak itu, museum kurang mendapat perhatian, sehingga membuat para pengunjung tidak lagi berminat untuk mengunjungi bagian dari sejarah penting Bangsa Indonesia itu. \"Dulu sebelum 2013 akhir kami sangat jaya disini. Museum dikunjungi oleh setiap tamu Negara. Sekarang ini kondisinya hidup segan mati tak mau,” tukasnya.

Menurutnya, untuk pengelolaan gedung itu hanya membutuhkan dana Rp100 juta per bulan yang sudah termasuk gaji serta perawatan alat peraga. Tentu hal itu baginya tidak sulit jika Pemerintah mau memperhatikan.  \"Perusahaan minyak di Indonesia ada berapa, minta sumbangan setiap perusahaan 10 juta saja per bulan sudah mencukupi. Saya rasa itu tidak berat bagi perusahaan,\" paparnya.

Uang yang dikeluarkan itu juga sebanding dengan penggunaannya. Sebab, sejarah harus selalu dikenang dan perlu diketahui generasi penerus agar menjadi bahan pembelajaran dimasa akan datang. Kondisi gedung yang penuh dengan sejarah ini sangat perlu diperhatikan dan dijaga.

\"Ini sangat penting untuk bangsa kita,\" pungkasnya. (*)

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: