PELACUR DEMOKRASI
Memilih Adalah Kebutuhan
Melihat massif dan permisifnya praktek money politic penulis melihat ada tiga faktor penyebabnya; yang pertama masalah kelembagaan dimana Panwas Kabupaten belum berani dengan tegas menindak aktor money politic, kedua kondisi ekonomi masyarakat yang masih miskin serta bodoh (buta politik), dan ketiga adalah mental yang terus dibangun oleh para elite politik dengan melakukan money politic.
Menurut penulis untuk mengurangi praktek money politic yang harus kita bangun terlebih dahulu adalah wallview masyarakat bahwa memilih adalah kebutuhan, bukan sekedar hak apalagi kewajiban. Ibarat sholat, apabila kita melaksanakannya hanya karena kewajiban maka bisa jadi hanya seremonial saja. sama seperti memilih cakada. Jadi harus dibangun dahulu pemahaman masyarakat akan esensi/filosofi memilih dalam pilkada.
Di negara demokrasi berkembang seperti Indonesia, kebanyakan masyarakat belum mengetahui makna filosofi demokrasi, sialnya lagi para elite tidak mencoba menyadarkan justru memanfaatkan, dengan berperan seperti sinterklas yang membagi-bagikan \"hadiah\" untuk rakyat supaya memilih mereka. jadilah demokrasi yang transaksional yang mengancam esensi demokrasi ideal sehingga mereduksi dan menjadikan demokrasi disfungsi.
Di negara demokrasi modern para simpatisanlah yang menghimpun dana bagi calon karena mereka suka dan yakin akan visi misi program si calon. sehingga masyarakat benar-benar merasa butuh sang calon untuk menjadi pemimpin atau kepala daerahnya. Mari kita terus mengkampanyekan politik bersih, menjadikan memilih dalam pilkada sebagai kebutuhan dan menolak money politic. Karena money politic merusak proses pemilu, melemahkan partai politik dan hanya memfasilitasi para elite serta menjadikan kita sebagai pelacur demokrasi.
-----------------------
(Penulis adalah Dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jambi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: