Direktur PTSP Batam Gabung ISIS
JAKARTA - Teka-teki terkait menghilangnya Direktur Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Badan Pengusahaan (BP) Batam Dwi Djoko Wiwoho usai pergi ke luar negeri Agustus lalu sudah mendapat kepastian. Djoko dan keluarganya dipastikan bergabung dengan gerakan ISIS (Islamic State of Iraq Syiria).
Kepastian tersebut didasarkan pada pengakuan Djoko dalam pesan kepada atasannya. Dalam pesan tersebut, Djoko meminta atasannya menyampaikan keputusannya kepada orang tuanya.
\"Tolong disampaikan kepada orang tua saya, bahwa saya akan berhijrah dan akan bergabung dengan Daulah islam atau ISIS,\" kata Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Anton Charlyan menirukan pesan Djoko di Komplek Mabes Polri, Jakarta kemarin (10/11). Atas dasar itu, dia tidak bisa kembali ke tanah air.
Hal itu tentu saja mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, saat pamitan, Djoko sempat mengajukan visa untuk kunjungan ke Belanda hingga 1 September. \"Tapi ternyata visanya tidak di bawa, kemudian setelah itu terindikasi bersama istrinya berangkat ke negri Daulah Islam, lewat istanbul,\" imbuhnya.
Mendapati fakta tersebut, Polri tidak tinggal diam. Pengecekan terhadap data-data dan alat komunikasi Djoko akan segera dilakukan. Tak lupa, sosok yang mempengaruhi keputusannya bergabung dengan ISIS pun akan ditelusuri.
Untuk diketahui, Djoko menghilang sejak ijin cuti pada bulan Agustus 2015 silam. Namun hingga jatah cutinya berakhir 1 September, dia tak kunjung tiba di tanah air. Kecurigaan, jika Djoko dan keluarga masuk ISIS muncul setelah akun facebook istrinya mengupload foto jihad bertuliskan \"This Is My Ticket To Jannah\".
Dalam kesempatan tersebut, Anton juga membenarkan kabar terkait dua orang warga dari Pekanbaru dan Bukit Tinggi yang juga akan bergabung dengan ISIS. Kepastian tersebut didapat setelah keduanya ditangkap petugas Imigrasi Singapura.
Penangkapan tersebut dilakukan setelah keduanya mengaku berencana terbang ke Turki untuk kemudian bergabung dengan ISIS. ‘’Makanya setelah itu dikembalikan ke Indonesia,’’terangnya.
Disinggung soal alasan kedua petani tersebut, anton menyebut ada dua alasan. Pertama, alasan ideologi. Diduga, keduanya didoktrin melalui media sosial oleh akun bernama Muhammad Abdullah Asiyah. Kedua, motif ekonomi. sebab, diduga, mereka diiming-imingi gaji tinggi dan fasilitas hidup.
(far)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: