Kekeringan Ancam Jambi, Debit Batanghari Tinggal 7,40 Meter
JAMBI - Provinsi Jambi tidak hanya dilanda masalah Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla). Musim kemarau yang sudah berjalan hampir satu bulan belakangan ini, membuat Jambi terancam bencana kekeringan dan kesulitan air bersih.
Bahkan, debit sungai Batnghari di beberapa daerah terus mengalami penyusutan. Kini kedalaman Sungai Batanghari di Kota Jambi hanya 7,40 meter. Tidak hanya itu, sumur-sumur warga juga mulai mongering.
‘‘Sehari sebelumnya debit sungai 7.50 meter. Hari ini (kemarin, redo) turun lagi menjadi 7,40 meter,’’ ujar Penjaga Pintu Air di Kawasan Tanggo Rajo, Ancol, Kota Jambi, Udin, Minggu (6/8) kemarin (6/8).
Menurutnya, kondisi sepertinya akan terus berlarut. Pasalanya hingga saat ini belum ada turun hujan.
‘‘Kering, karena dakdo hujan lagi,’‘ ujarnya.
Dia memprediksi, akan terus terjadi pendangkalan. Pasalnya di wilayah huluan juga belum ada turun hujan. ‘‘Kemungkinan bakal surut lagi,’‘ sebutnya.
Di Batanghari, dampak dari musim kemarau juga mulai dirasakan oleh warga. Warga yang tinggal di bantaran sungai mulai kesulitan dalam memperoleh air bersih.
Heri warga RT.10 Tanah Begali, Kelurahan Kembang Paseban, Kecamatan Mersam mengatakan, saat ini warga sudah mulai mencuci dan mandi di sungai Batanghari karena saat ini sumur warga sudah mulai banyak yang mengalami kekeringan.
‘’Sudah sepekan ini sebagian sumur warga mengering dan kami kesulitan mendapatkan air bersih, untuk kebutuhan mandi dan mencuci kami terpaksa di sungai Batanghari, meski kondisi air cukup keruh,’’ ujar Heri.
Terpisah Bahiran Naja warga Kecamatan Muara Bulian yang tinggal di bantaran sungai Batanghari juga mengatakan, akibat sumur yang mengering sebagai dampak dari kemarau ini, sebagian warga terpaksa ada yang beralih ke sungai, untuk kebutuhan mandi dan mencuci warga juga ada yang mencari sumur warga lainnya yang persediaan air sumurnya masih banyak.
‘‘Bahkan sudah ada warga yang mandi dan mencuci dengan air sungai Batanghari meski kondisinya keruh berwarna kuning, ada juga yang menumpang pada sumur warga lainnya yang persediaan nya masih banyak. tuturnya.
Sama dengan daerah lain, saat musim kemarau tiba, Kabupaten Sarolangun juga akan menggalami kekeringan air bersih. Baik yang menggunakan sumur ataupun masyarakat yang menggandalkan air sungai.
Sabri, salah satu warga Sarolangun mengatakan, bahwa menjelang masuk musim kemarau, dirinya dan keluarga biasanya sudah memulai untuk mengirit penggunaan air bersih yang simpan dalam tedmon.
‘‘Kalau sumber air bersih kami dari sumur gali. Biasanya kalau musim kemarau juga ikut kering, jadi sebelum masuk musim kemarau air terlebih dahulu disimpan,’‘ katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: