>

Harga Naik Terus, Pasangan Muda Susah Punya Rumah, Subsidi Uang Muka jadi Solusi

Harga Naik Terus, Pasangan Muda Susah Punya Rumah, Subsidi Uang Muka jadi Solusi

Sementara KPR tipe diatas 70 m persegi terkontraksi sebeesar 15,45 (yoy) lebih dalam dibandingkan triwulan II 2017  yang juga terkontraksi sebesar 14,44 persen (yoy). KPR Tipe  21 m persegi terkontraksi sebesar 16,34 persen (yoy) lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 14,22 persen (yoy).

Sementara itu, sebelumnya, pembangunan rumah subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) bakal mendapat porsi lebih. Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) tahun ini menargetkan membangun 236.000 hingga 250.000 unit rumah MBR.

REI cukup optimistis menatap pertumbuhan properti pada 2018. Meskipun, tidak dimungkiri bahwa 2017 merupakan tahun penuh tantangan bagi market properti. Beberapa faktor pendorongnya adalah adanya indikasi rebound mulai akhir 2017 sehingga memacu para pengembang meluncurkan produk ke pasar.

Ketua Umum DPP REI Soelaeman Soemawinata mengungkapkan bahwa pasar properti sangat bergantung kepada situasi lain. Di antaranya, ekonomi secara global dan politik. ’’Tahun ini kami berharap agar semua aman-aman saja. Yang paling penting adalah bagaimana mengembalikan trust market untuk mau membelanjakan uangnya pada properti,” ujar Soelaeman di kantornya belum lama ini.

Sepanjang 2017 REI membangun 206.290 unit rumah bersubsidi di seluruh Indonesia. Berdasar data Sekretariat DPP REI, lima besar daerah penyumbang pembangunan rumah MBR pada 2017 adalah Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan (lihat grafis).

Meski cukup puas, Eman –sapaan Soelaeman Soemawinata– menyatakan bahwa sebenarnya realisasi pembangunan tersebut bisa lebih banyak lagi. Terutama jika mendapat dukungan penuh dari seluruh stakeholder, antara lain pemerintah daerah, perbankan, PLN, dan PDAM. ’’Perlu dijelaskan bahwa 206.290 unit itu rumah subsidi yang sudah dibangun. Jadi yang sudah siap dihuni,’’ katanya.

’’Sebagai pengembang, peran dan tugas kami ialah membangun sehingga targetnya pembangunan. Kalau berdasar akad kredit, mungkin datanya ada di bank atau PPDPP Kementerian PUPR,” lanjut Eman.

Dia memproyeksikan realisasi pembangunan rumah subsidi akan meningkat sepanjang tahun ini. Karena itu, targetnya ditingkatkan menjadi 236.261 unit berdasar masukan dari daerah. ’’Kalau menurut kesanggupan daerah, tahun ini targetnya 236.261 unit. Tapi, saya maunya digenjot lebih kencang, kalau bisa, sampai 250 ribu unit,’’ kata Eman.

Dia optimistis realisasi pembangunan rumah subsidi oleh REI pada 2018 bisa meningkat. Itu didasari berbagai pertimbangan, misalnya kebutuhan masyarakat yang masih tinggi terhadap rumah murah terjangkau, adanya komitmen pemerintah untuk mendorong penyediaan rumah rakyat melalui program sejuta rumah (PSR), serta kuatnya semangat pengembang anggota REI untuk membangun rumah subsidi.

Inisiatif Kementerian PUPR yang melaksanakan percepatan perjanjian kerja sama operasional (PKO) dengan 40 bank mitra pada 21 Desember 2017 juga turut memacu suplai rumah subsidi. Sebab, proses akad kredit sudah bisa dilakukan pada Januari 2018.

Saat ini hampir 70 persen anggota REI adalah pengembang rumah subsidi. Meski begitu, diakui Eman bahwa pelaksanaan PSR masih dihadapkan kepada berbagai hambatan. Di antaranya, belum terealisasinya kebijakan penyederhanaan perizinan untuk pembangunan rumah bersubsidi sesuai dengan amanah PP No 64/2016, masih terjadinya bottle neck penyaluran subsidi FLPP oleh perbankan di sejumlah daerah karena kekurangan SDM, serta masih adanya kendala teknis dan operasional pada 2017 perlu dibenahi.

’’Kami yakin pemerintah senantiasa mendukung bisnis properti secara konkret, terutama terkait perizinan di daerah. Sebab, terbukti industri ini bisa menjadi stimulan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya di sektor riil,’’ ujarnya.

(yni/jpg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: