Ledakan di Polrestabes Surabaya
Namun, Dita baru masuk ke dalam dunia jihadi pada 2014. Tergolong telat, memang. ’’Awalnya, dia hanya alim-alim biasa. Tapi, pada 2014 itu, dia tampaknya tak puas dengan aliran yang dia yakini,’’ terangnya. Dita pun lebih ketat menerapkan gaya hidup yang diyakininya. Hingga dia bertemu dengan orang-orang Jamaah Ansharut Daulah-nya Zainal Anshori.
Hingga kemudian, dia memutuskan untuk pergi berjihad. Dia pergi ke Syria atas sponsor Zainal. Ternyata, cita-citanya kandas. Pada 2016, Turki memberlakukan pengetatan perbatasan seiring dengan semakin banyaknya pengungsi Syria yang masuk ke Turki. Dita tertahan dan kemudian dideportasi.
Ketika pulang pada 2016 itulah, Dita satu taklim dengan orang-orang yang menjadi sel-selnya. Yakni, Anton, Budi, Tri, dan sejumlah nama lain yang masih diburu. Ketika Dita pulang, Zainal mengangkatnya menjadi sekondannya.
’’Dia termasuk figur penting dalam pengumpulan dan pemberian fatwa serangan dari ISIS pusat yang disampaikan di Malang pada Desember 2016,’’ jelas petugas tersebut.
Saat itu, JAD sudah bersiap melakukan serangan. Namun, karena tergolong baru, Dita dan selnya tak dilibatkan sama sekali. Karena itu, ketika plot JAD Jawa Timur digulung polisi, sel Dita masih aman.
Kemudian, November 2017, Dita diangkat menjadi ketua JAD Surabaya secara definitif. Itu dilakukan agar sel tersebut bisa lebih cepat berkembang. Di antara seluruh anggota sel JAD Surabaya pun, tidak ada yang protes. Sebab, Dita saat itu menjadi member paling senior plus pernah berangkat ke Syria meski hanya sampai Turki.
Pelan-pelan, Dita dan anggotanya mengembangkan selnya. Untuk itu, mereka belajar dari para napi terorisme di sejumlah lapas di Jawa Timur. Di antaranya, Lapas Porong dan Tulungagung. Berguru itu termasuk juga berguru mengenai kemampuan melakukan serangan. Yang utama adalah membuat bom dan melakukan serangan.
’’Sampai sekarang, manual untuk membuat bom sudah banyak beredar di kalangan mereka. Bukan rahasia lagi,’’ imbuh sumber tersebut.
Taklim itulah yang kemudian menjadi inti kekuatan sel JAD Surabaya yang dipimpin Dita. Mereka mengembangkan hubungan baik hingga antarkeluarga. Hal itu memastikan tidak ada anggota yang berkhianat atau ada aktivitas yang bocor. Itulah yang membuat polisi sulit memantau mereka.
’’Mereka juga sudah bisa melakukan counter-surveillance (kontra pengawasan, Red). Mereka jarang pakai HP dalam berkomunikasi,’’ ungkap sumber tersebut. Dita sudah masuk dalam daftar pengawasan sepulang dari Syria.
Tanpa bisa diendus polisi, sel Dita tersebut telah membuat banyak persiapan. Ada lebih dari 30 bom pipa dan ratusan kilogram bahan peledak siap pakai. Karena itu, ketika pada Minggu (13/5) Dita melaksanakan aksi durjananya, polisi tak bisa mengantisipasi. Tiga gereja diserang dan jebol.
Polisi bereaksi cepat dan berhasil mengungkap sel Dita. ’’Tapi, yang terpojok malah melakukan serangan,’’ kata Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian merujuk pada Tri Murtiono dan keluarganya yang menyerang Mapolrestabes Surabaya.
Tito mengaku belum bisa mengungkap detail jaringan Dita tersebut. ’’Masih kami kembangkan untuk kepentingan penyelidikan,’’ tandas orang nomor satu di jajaran kepolisian Indonesia tersebut.
(fim/gal/c5/ano/mir/bin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: