>

DISWAY: Zoom Gotong Royong

DISWAY: Zoom Gotong Royong

\"Kalau dengan Singapura sudah sangat intens,\" jawab Rosan. Artinya masih belum ada keputusan. Sedang yang dipersiapkan sekarang ini adalah paspor vaksin untuk perjalanan di dalam negeri.

Lalu ada yang bertanya: bagaimana perkembangan vaksin dalam negeri?

\"Kalau vaksin dalam negeri tinggal Vaksin Merah Putih. Yang Vaksin Nusantara izinnya sudah ditolak oleh BPOM,\" jawab Rosan.

Vaksin Merah Putih, kata Rosan, adalah vaksin yang dikembangkan oleh Kemenristek bersama Lembaga Eijkman dan Universitas Airlangga Surabaya. \"Tapi baru pertengahan tahun depan dimulai uji cobanya,\" katanya.

Di antara banyak acara Zoom saya, Zoom dengan Diaspora ini paling efektif. Saya sangat suka –meski harus sampai jam 12.00 malam.

Itulah acara seminggu sekali. Kami bisa reuni sedunia. Adi Harsono –suami Marie Pangestu– jadi penasihatnya dari Washington DC.

Di forum ini pembicara dibatasi maksimum hanya 2 menit. Yang bertanya pun bicaranya langsung pada pokok pertanyaan. Bicaranya hanya satu atau dua kalimat. Tidak ada yang muter-muter.

Malam itu, Butet Kartaredjasa diminta bicara soal vaksinasi. Yang khusus untuk seniman di Jogja. Yang dilaksanakan di padepokan Bagong Kussudiardja, ayah Butet. \"Setelah Bung Karno baru kali ini ada presiden yang memperhatikan seniman dengan perhatian lebih,\" ujar Butet. Presiden Jokowi memang menyaksikan acara vaksinasi seniman itu.

Pencipta lagu, James F. Sundah, salah satu moderator yang tinggal di New York, sempat bertanya soal sejarah nama Butet. Ternyata nama itu terkait dengan kisah kunjungan seniman Indonesia ke Vietnam –di zaman Bung Karno. Dalam rombongan itu termasuk Bagong, ayah Butet.

Di Vietnam itu, setiap kali penyanyi Indonesia dapat sambutan meriah. Terutama setelah lagu Batak berjudul Butet dinyanyikan. Hadirin selalu berdiri –standing ovation. Termasuk pemimpin besar Vietnam Ho Chi Minh. \"Maka ayah saya bilang anaknya nanti akan diberi nama depan Butet. Tidak peduli laki atau perempuan,\" katanya.

James, pencipta lagu Lilin-lilin Kecil, lantas menceritakan riwayat lahirnya lagu Tanah Airku, ciptaan Ibu Sud. Waktu itu Ibu Sud masuk dalam rombongan kesenian Indonesia di World Fair New York. Ada juga Bagong di rombongan itu.

Mereka disiapkan hanya untuk tiga bulan di New York. Sebelum musim dingin, mereka direncanakan sudah kembali ke tanah air.

Ternyata World Fair New York diperpanjang tiga bulan. Mereka pun sangat rindu tanah air. Lalu Ibu Sud menciptakan lagu Tanah Airku itu.

Bagong sendiri mengabadikan kata Fair ke dalam nama anaknya: Djaduk Fairianto –kemudian berubah menjadi Djaduk Ferianto. Ia adalah pemusik yang belum lama meninggal dunia. Istri Djaduk ikut tampil di Zoom kemarin.

Lia Sundah, istri James, minta saya bicara. Lia adalah pengacara di New York. Dia salah satu moderator Zoom. Saya diminta bicara sebelum Duta Besar Indonesia di Kuba. Saya pun pilih tidak usah bicara. Info-info dari Kuba akan lebih menarik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: