Pembelajaran Blended Learning di Masa Pandemi: Ulvika Menjadi Story Writer dari Gambar Comic Strips
Di dalam pembelajaran kali ini guru menggunakan model pembelajaran blended learning dengan pendekatan flipped classroom. Model pembelajaran blended learning ini merupakan penggabungan antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran dalam jaringan (daring).
Contohnya dengan menggunakan aplikasi zoom cloud meeting atau whatsapp grup (WAG) Pendekatan yang digunakan adalah flipped classroom, yaitu pembelajaran yang sebagian aktivitas pembelajaran peserta didik dilakukan secara tatap muka dan sebagian nya lagi dilakukan secara mandiri dari rumah.
Ketika pembelajaran tatap muka dilakukan, guru menggunakan strategi pembelajaran berbasis teks yang penulis peroleh ketika mengikuti Training of the Trainer (ToT) Modul 2 Program PINTAR Tanoto Foundation.
Strategi pembelajaran ini digunakan dalam menyampaikan materi narrative text dengan empat tahap pembelajaran. Kegiatan pembelajarannya terdiri dari Building knowledge of the field, tahap dimana peserta didik membangun pengetahuan dan latar belakang peserta didik tentang topik yang akan didiskusikan di kelas. Tahap kedua adalah Modeling of the text, tahap dimana guru memberikan model teks untuk didiskusikan di kelas. Tahap ketiga adalah Joint Construction of the text, tahap dimana guru memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengimplementasi pemahaman dan kemampuan mereka untuk memproduksi teks, dan yang keempat adalah Independent construction of the text, pada tahap ini peserta didik menyusun teks secara mandiri sesuai dengan jenis teks yang diajarkan.
Agar Siswa Mampu Menulis dengan Bahasa Sendiri
Tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh penulis pada kegiatan belajar mengajar kala itu adalah siswa diharapkan mampu menulis kembali sebuah teks naratif dengan bahasanya sendiri.
Dalam proses pembelajarannya peserta didik diajak untuk menemukan nilai moral yang terkadung dalam cerita dongeng, legenda maupun fabel dan mengenal cerita-cerita rakyat yang merupakan bagian dari kebudayaan lokal maupun dari luar negeri. Pada proses pembelajaran ini guru mencoba memandu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan menulis mereka dan melatih mereka untuk menceritakan kembali sebuah cerita dari teks naratif dengan gaya bahasa nya sendiri.
“Kriiing!!! “
Bell tanda masukpun berbunyi, guru segera melangkah menuju ke kelas dengan membawa semua perlengkapan mengajarnya seperti projector, laptop, kertas Plano, beberapa gambar comic strips dan potongan-potongan kalimat dari sebuah cerita teks narrative yang sudah di acak.
Setibanya di kelas guru mulai mengatur dan memasangkan peralatan yang digunakan untuk mengajar seperti memasang projector dan menata perlengkapan lainnya dengan dibantu oleh salah satu siswanya. Dan kelaspun bisa segera dimulai.
Guru menyapa peserta didik dengan mengucapkan salam dan kemudian mengajak mereka berdoa sebelum belajar untuk memupuk sikap religious peserta didik. Selanjutnya guru mengecek absensi peserta didik. Tidak ada peserta didik yang tidak hadir pada pertemuan kala itu.
Kegiatan pembelajaran diawali oleh guru dengan memperlihatkan sebuah gambar tokoh berupa gambar kartun, Alladin. Gambar ini digunakan untuk menggali pengetahuan awal peserta didik (building knowledge of the field) terkait cerita dongeng yang menjadi bahan ajar pada pertemuan saat itu.
“Well, class. I have a picture here, do you know what charater is in this picture?”
“Alladin, Sir!” Nisa dan teman-temannya menjawab.
“Wow, marvelous, you’re right dear!”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: