>

Hasil Studi Selama Pandemi, Indonesia Negara Asia dengan Tingkat Stres Tertinggi

Hasil Studi Selama Pandemi, Indonesia Negara Asia dengan Tingkat Stres Tertinggi

JAKARTA– Tantangan untuk hidup sehat menjadi hal nomor satu yang dihadapi semua orang di dunia pada masa pandemi Covid-19. Nyatanya, tidak semua orang merespons dengan baik tantangan tersebut.

Dalam sebuah studi yang dilakukan Prudential Corporation Asia dan The Economist Intelligence Unit, diungkapkan bahwa ada dua tantangan yang dihadapi masyarakat di Asia, termasuk Indonesia, dalam meningkatkan kesehatan dengan memanfaatkan peran teknologi digital untuk menjawab tantangan tersebut.

Studi yang melibatkan 5.000 orang dewasa di 13 pasar di Asia antara Agustus dan September 2020 tersebut menyebut bahwa keterbatasan finansial serta akses ke fasilitas kebugaran dan olah raga menjadi dua tantangan terbesar bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan.

Dalam hal kesiapan menghadapi krisis akibat kondisi medis di masa pandemi, hanya 29 persen responden dari Indonesia yang mengaku siap menghadapi tantangan tersebut. Angka ini paling rendah dibanding tingkat kesiapan masyarakat di negara Asia lainnya.

Studi yang sama juga mengungkap bahwa dibandingkan dengan negara di Asia lainnya, responden di Indonesia tercatat paling banyak merasakan stres akibat Covid-19. Hal ini kemungkinan besar, menurut studi, adalah akibat dari tingginya tingkat penularan per hari serta angka kematian yang ada.

Meskipun memiliki tingkat stres yang tinggi, masyarakat Indonesia justru terdorong untuk hidup lebih aktif agar lebih sehat. Tercatat, 42,9 persen responden Indonesia melakukan setidaknya dua upaya untuk meningkatkan kesehatan mereka. Angka ini lebih tinggi dari rata-rata dari mayoritas Asia, yakni 30,9 persen, yang menjawab hal yang sama.

Di sisi lain, hanya 11 persen responden dari Indonesia yang tidak melakukan upaya apapun untuk meningkatkan kesehatan selama pandemi. Angka tersebut juga jauh lebih sedikit dibanding rata-rata di Asia yang sebesar 21,6 persen.

 

Di satu sisi, studi juga mengungkap peran teknologi digital untuk menjawab tantangan serta kesenjangan kesehatan. Hasil studi mengungkap bahwa tingkat penerimaan teknologi kesehatan digital pribadi di Indonesia lebih tinggi dibanding negara Asia lainnya. Lebih dari setengah (54,3 persen) responden dari Indonesia terbuka untuk pemanfaatan teknologi ini. Angka ini berada di atas rata-rata tingkat penerimaan masyarakat di Asia yang hanya sebesar 43,9 persen.

Dalam data The Pulse of Asia – The Health of Asia Barometer, disebutkan bahwa peran teknologi digital akan semakin besar untuk membantu meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia. Mayoritas atau 67 persen responden di Indonesia mengatakan bahwa aplikasi kesehatan mobile bermanfaat bagi mereka untuk mendapatkan informasi seputar kesehatan. Lalu, 68,7 persen responden Indonesia mengatakan bahwa mereka akan menggunakan lebih banyak teknologi kesehatan digital pribadi selama tiga tahun ke depan untuk meningkatkan kesehatan mereka.

Sejak diluncurkan pada Februari 2020 lalu, aplikasi kesehatan dari Prudential, Pulse telah diakses oleh lebih dari 6,4 juta pengguna di Indonesia dan membantu mereka untuk mengelola kesehatan secara pro aktif.

“Aplikasi mobile Pulse by Prudential yang kami luncurkan tahun lalu menjadi bagian dari strategi besar kami untuk menjawab tantangan kesehatan serta membantu menjembatani kesenjangan perlindungan kesehatan di Indonesia. Studi The Pulse of Asia – The Health of Asia Barometer mengungkap bagaimana teknologi kesehatan digital semakin memegang peranan penting dalam kehidupan kesehatan kita.”,” ujar President Director Prudential Indonesia Jens Reisch dalam keterangan pers yang diterima JawaPos.com.

Sumber: www.fajar.com

Sementara itu, Chief Operations and Health Officer Prudential Indonesia Dian Budiani menambahkan bahwa sebagai aplikasi mobile yang menyediakan dukungan menyeluruh di setiap tahap perjalanan kesehatan, Pulse memudahkan pengguna dalam mendapatkan dan bertukar informasi tentang kesehatan.

“Pulse akan menjadi platform yang terus berkembang dan kami akan terus menambah mitra, fungsi, dan fitur baru secara berkala. Seiring berjalannya waktu, ekosistem Pulse akan menghadirkan lebih banyak lagi dukungan serta nilai tambah bagi pengguna,” katanya.(jpg/fajar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: