DISWAY: Revolusi Energi (3)
Jumat, 14 May 2021
Oleh : Dahlan Iskan
SAYA tidak malu mengajukan ini. Yang kelihatannya tidak mengikuti tren dunia. Ini semata-mata demi negeri –yang harus kita sendiri memikirkannya.
Mungkin ini dibenci dunia mana pun. Tapi mereka tidak akan memikirkan Indonesia seperti kita harus memikirkannya.
Yakni: gunakan sisa batu bara untuk semaksimal mungkin memajukan ekonomi negara.
Cadangan batu bara kita tidak banyak lagi. Sudah hampir habis dieksploitasi. Sudah berhasil memperkaya sejumlah pengusaha –dan sejumlah penguasa– tapi belum berhasil secara nyata memajukan negara.
Padahal batu bara itu pemberian Tuhan untuk kita. Kenapa. Kenapa. Kenapa tidak untuk kita.
Kini tinggal sisanya. Sisa batu bara itu –yang berbeda dengan minyak bumi tidak sulit mengeksploitasi– mungkin tinggal bisa dipakai 15 tahun lagi. Jangan hitung cadangan yang kalorinya hanya 3.500. Atau yang kadar airnya terlalu tinggi.
1. Larang total ekspor batu bara. Caranya bisa lewat apa pun yang tidak dilarang WTO. Misalnya lewat pajak ekspor yang tinggi. Atau apa pun.
2. Tentukan model harga batu bara yang baru. Untuk keperluan dalam negeri. Dasarkan harga itu pada prinsip cost-plus. Yakni biaya eksploitasi ditambah jasa 15 persen.
3. Kalau perlu ambil alih semua pembangkit swasta.
Dengan cara itu kita bisa semaksimal mungkin memanfaatkan batu bara. Untuk membuat listrik murah.
Produksi listrik juga akan melimpah. Itu karena pembangkit listrik tenaga batu bara kita sudah dominan.
Kalau perlu izinkan PLN membangun pembangkit listrik yang sangat murah. Yang lebih kecil-kecil. Untuk luar Jawa. Dengan memanfaatkan penutupan pembangkit-pembangkit kecil di Tiongkok.
Memang kita akan terlihat seperti \'menentang arus\' global. Tapi jangan cepat grogi. Langkah \'menentang arus\' itu hanya akan kita lakukan 20 tahun saja. Sambil menunggu era baterai hebat nan murah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: