Negatif Menang Probabilitas
Saya rasa sudah bukan rahasia, satu-satunya jalan kunci menuju akhir pandemi adalah vaksinasi. Saya heran dengan mereka yang tidak percaya. Menurut saya, vaksinasi itu nothing to lose. Kalau ada kesempatan dan peluang, ambil. Berapa pun probabilitas keunggulan yang diberikan vaksin, tetap lebih baik daripada probabilitas tanpa vaksin.
Mungkin sekarang negara masih struggle dalam pendistribusiannya, tapi perlahan ini tidak akan jadi masalah. Seharusnya begitu.
Sudah banyak buktinya, negara-negara yang vaksinasinya berjalan, sekarang mulai melihat cahaya terang di ujung terowongan. Sulit menjelaskan betapa \"normalnya\" hidup di Amerika sekarang. Benar-benar tanpa masker, benar-benar hampir normal. Karena lebih dari separo warganya sudah divaksin.
Apakah itu berarti tidak bisa positif? Tidak! Kayaknya ada masalah komunikasi di awal. Sudah divaksin bukan berarti tidak bisa positif. Vaksin, tujuan utamanya, adalah mengeliminasi dampak terburuknya. Ya, pada kenyataannya memang tetap ada yang kena dampak terburuk walau sudah divaksin. Tapi sekali lagi, ayo bermain probabilitas. Tetap lebih baik divaksin daripada tidak divaksin.
Saya pun bukti positif setelah vaksin. Bahkan positif setelah tiga kali vaksin! Beberapa bulan lalu, saya sudah dua kali disuntik Coronavac (Sinovac). Sebulan lebih kemudian, antibodi saya tetap rendah, hanya 15. Kebetulan saya ada jadwal balap sepeda di Amerika. Pertengahan Juni lalu, saya pun punya opsi lagi untuk suntik tambahan. Saya disuntik Johnson & Johnson, yang hanya butuh sekali suntik. (Baca juga: Vaksin Berpikir Simple).
Setelah disuntik itu, saya diingatkan bahwa saya baru dinyatakan fully vaccinated setelah dua pekan. Email yang saya terima menegaskan itu. Jadi tetap hati-hati. Saya pulang sehari setelah suntik di Amerika itu. Swab PCR sebelum terbang negatif, swab PCR setelah landing negatif, swab PCR lima hari kemudian (usai karantina) juga negatif.
Apes, belum pas dua pekan, saya positif. Teman dari Amerika ada yang tanya, \"Apakah kamu dapat virus dari negaraku?\"
Jawaban saya: \"Tidak, saya dapat virus dari negara saya sendiri.\"
Ada begitu banyak WA, email, telepon yang saya terima begitu positif itu. Kepada semua, saya selalu setengah bercanda. \"Saya tidak sakit, jadi ucapannya bukan semoga lekas sembuh, melainkan semoga lekas negatif.\"
Saya memang tidak merasakan gejala. Ada teman yang batuk, ada teman yang demam, ada teman yang sesak sampai masuk rumah sakit. Syukur Alhamdulillah, saya tidak sama sekali.
Saya isolasi mandiri, di kamar yang oleh istri juga disiapkan peralatan olahraga. Termasuk sepeda saya yang menancap di smart trainer, sehingga saya tetap bisa gowes virtual.
Ini catatan saya: Kamis Swab hasil positif. Jumat gowes virtual 70 km. Sabtunya gowes virtual 80 km. Dan Minggunya gowes virtual 100 km.
Alhamdulillah, tidak masalah. Saya tidak push, lebih ke endurance pace. Dan alhamdulilalh tidak masalah.
Selama isoman, saya hanya minum Vitamin C 1000. Ini bukan hal baru. Kalau latihan keras, saya minum yang 1000. Kalau tidak latihan, cukup yang 500. Tambahan saat isoman, atas rekomendasi teman dokter, hanyalah Vitamin D 5000 dan Zinc. Tidak ada obat antivirus apa-apa.
Kecuali satu hari. Hidung kiri saya sempat buntu. Tapi itu sinus saya bertingkah. Kalau cuaca tidak baik (hujan panas hujan panas), biasanya sinus saya memang kumat. Jadi, satu hari itu saya minum obat sinus (Tylenol Sinus Severe). Besoknya aman. Jadi saya lanjut gowes virtual rutin normal saja selama isoman itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: