>

Sudah Masuk Indonesia, Covid-19 Varian Delta Plus Lebih Berbahaya? Jawaban Prof Zubairi Bikin Deg-degan

Sudah Masuk Indonesia, Covid-19 Varian Delta Plus Lebih Berbahaya? Jawaban Prof Zubairi Bikin Deg-degan

JAKARTA – Covid-19 varian Delta Plus dipastikan sudah ditemukan di Indonesia pada seorang pasien di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Konfirmasi varian dengan nama Delta Plus Y.1. itu dipastikan Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.

Varian delta plus adalah turunan dari varian delta yang mengalami satu tambahan mutasi di mana asam amino leusin di bagian protein diganti dengan Asparagin (N).

 

Varian Delta dengan nama B1617.2 yang pertama kali ditemukan di India disebut memiliki risiko penularan jauh lebih cepat.

Selain itu, juga disebut menurunkan efikas vaksin yang ada saat ini.

Pertanyaannya, apakah varian Delta Plus jauh lebih berbahaya dibanding varian Delta dari India?

“Jawabannya belum diketahui pasti. Sebab datanya masih sedikit,” ungkap Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban, melalui akun Twitter pribadinya, Minggu (1/8/2021).

Ia menyatakan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) juga masih memasukkan informasi Delta Plus ke kelompok Delta.

“Demikian pula WHO, yang belum jelas menyatakan Delta Plus ini lebih berbahaya atau menular,” sambungnya.

Delta Plus Tidak Mempan Obat Antibodi?

Prof Zubari juga belum mengetahui apakah Delta Plus bisa menembus pertahanan orang yang mempunyai antibodi alami atau yang telah divaksinasi. Ia lalu mencontohkan Amerika Serikta yang sudah lebih dari 50 persen divaksin.

Itu membuat kasus Covid-19 di Negeri Paman Sam itu menurun, tapi kemudian naik lagi.

 

“Sekarang, jumlah kasus baru di Amerika dalam seminggu terakhir, menempati posisi pertama dunia—meski sudah melakukan vaksinasi lebih dari 50 persen warganya,” ungkapnya.

Prof Zubairi juga belum mengetahui persis apakah lonjakan di AS itu disebabkan varian Delta Plus atau bukan.

“Yang jelas, varian Delta yang diketahui saat ini lebih menular dari virus yang menyebabkan MERS, SARS, Ebola, flu biasa, flu musiman, dan cacar. Demikian kata CDC,” jelasnya.

Ia juga mengungkap bahwa yang menjadi isu para ahli adalah kekhawatiran Delta Plus yang bisa mengganggu pengobatan untuk pasien Covid-19 yang membutuhkan terapi obat antibodi monoklonal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: