DISWAY: Langit Nusantara
“Nama jelek kan bisa dibuat baik dengan cara dibuang sialnya,” sergah saya.
“Iya, sih,” jawabnya pasrah.
Media di Tiongkok sudah sepakat bagaimana cara menulis Nusantara dalam huruf Mandarin. Pasti bunyi tulisan itu nu-san-ta-la. Tapi pakai huruf Mandarin yang mana ketika menuliskan nu-san-ta-la. Begitu banyak huruf Mandarin yang bunyinya itu.
Ternyata media di Tiongkok menuliskannya begini: ????.
Bagaimana dengan primbon dari klenik Jawa? Bukankah Pak Jokowi orang Solo –yang bisa bertanya pada langit dengan cara Jawa?
“Nama Nusantara itu sudah sesuai dengan petunjuk langit,” ujar seorang menteri yang saya hubungi.
Tentu hari Nusantara dilahirkan pun sudah dimintakan pertanda dari langit. Dipilihlah hari itu: Selasa Wage. Selasa = 3. Wage = 4. Dijumlah: 7. Angka yang sangat kecil untuk itungan Jawa.
Menurut primbon Jawa, orang yang lahir Selasa Wage punya watak ini: suka mengalah, suka melindungi, dan mampu mengerjakan hal-hal yang diperintahkan orang lain dengan baik.
Sisi lainnya: tidak cukup berwawasan, tidak suka kebersihan, cenderung kaku atau terpaku pada satu hal saja, dan memiliki pikiran yang gelap.
Jangan khawatir: semua itu juga ada penangkalnya.
Dan yang jelas: Selasa Wage itu hari kelahiran saya –meski tingkat kebenarannya sangat kecil.
Memang ada yang usul: sama-sama mengambil nama dari masa lalu kenapa tidak Atlantis. Itu nama masa lalu sekaligus masa depan. Nama Atlantis juga sudah mengglobal. Sebuah teori menyebutkan Indonesia itu, duluuu, satu benua paling hebat di dunia: Benua Atlantis. Lalu runtuh total ketika gunung-gunung raksasa meletus satu per satu. Yang membuat benua itu jadi pulau-pulau seperti sekarang.
Saya sendiri menilai nama Nusantara ok. Bagi saya, nama itu tidak penting. Isinya-lah yang penting.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: